Senin 13 Feb 2017 18:43 WIB

Dua Hal Ini yang Bisa Menangkan Ahok di Pilgub DKI

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Andi Nur Aminah
Politikus muda Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia.
Foto: pribadi
Politikus muda Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh muda dari Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia, melihat hanya ada dua hal yang bisa memenangkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017. Pertama, dengan pendekatan money bombing yaitu 'mengebom' atau menghamburkan uang secara besar-besaran.

Doli mengatakan, dengan dukungan dari para pengusaha kelas kakap yang mempunyai kepentingan 'komitmen bisnis' dengan Ahok selama ini dan yang akan datang, maka faktor modal finansial menjadi tidak masalah bagi Ahok dan tim suksesnya. "Bila dihitung per kepala Rp 2 juta hingga Rp 3 juta rupiah seperti yang berkembang isunya di masyarakat, untuk Rp 1 juta pemilih saja jumlahnya Rp 3 triliun. Bagi para pengusaha yang terlibat, angka Rp 3 triliun itu masuk kategori kecil bila dibandingkan prospek hanya dari satu proyek reklamasi pantai utara saja. Jadi no problem bagi mereka sebagai tuannya Ahok untuk menggelontorkan angka sebesar itu guna upaya memenangkan," ujarnya, Senin (13/2).

Kedua, Doli melanjutkan, Ahok bisa menang dengan pendekatan playing power. Ini menggunakan semua perangkat kekuasaan, baik pada level pusat maupun daerah. Doli menyebut ada dua hal utama yang bisa dimainkan dengan pendekatan ini.

Pertama, impor pemilih ilegal seperti yang sudah santer belakangan ini. "Secara tiba-tiba banyak bermunculan orang-orang bermata sipit berdatangan tanpa asal usul yang jelas. Berbarengan dengan itu, merebak pula kasus KTP-el palsu, kelebihan cetak kertas suara, hingga pemutakhiran DPT," ujarnya.

 

Kedua, kata dia, sudah sangat terang benderang bagaimana pemerintah Jokowi berada di belakang Ahok dengan mengaktifkannya kembali sebagai gubernur sekalipun sudah menjadi terdakwa. Doli melihat selain ingin memberikan efek pengaruh kepada penyelenggara dan pemilih, pengaktifan kembali tersebut memberikan Ahok kembali kewenangan dan fasilitas yang bisa digunakan untuk memenangkan dirinya.

"Namun, persoalannya kemudian, apakah rakyat pemilih DKI sudah senaif, sebodoh, serendah, tidak bermoral dan tak ada harga diri lagi sehingga bisa dibeli tanpa lagi bisa menggunakan akal sehat, hati nurani, dan berfikir masa depan," ujarnya.

Selain itu, kata dia, apakah semua penyelenggara dan pengawas pilkada sudah tidak punya integritas dan moral sama sekali lagi sehingga bisa dikendalikan untuk memenangkan calon tertentu, baik secara manual maupun dengan sistem informasi dan teknologi. Juga, apakah kontestan lain dan tim suksesnya terlalu lemah sehingga tidak mampu mendeteksi, mengantisipasi, dan melawan bentuk kecurangan seperti money bombing dan playing power tersebut?

"Jawabannya adalah bahwa kita semua harus bersatu melawan segala bentuk, upaya, dan praktik curang seperti itu. Karena itu akan dapat menghancurkan tatanan politik, demokrasi, bahkan moral bangsa ini ke depan," kata Doli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement