Kamis 09 Feb 2017 09:55 WIB

Wartawan Republika, Selamat Ginting Terima Press Card Number One 2017

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Andi Nur Aminah
Selamat Ginting
Foto: Dok pribadi
Selamat Ginting

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Wartawan senior Republika, Selamat Ginting (50 tahun), menerima Press Card Number One (PCNO) atau Kartu Pers Nomor Satu. Ia bersama 17 wartawan senior lain menerima penghargaan pada puncak Hari Pers Nasional (HPN) 2017 yang dihadiri Presiden Joko Widodo di Ambon, Maluku, Kamis (9/2).

"PCNO diberikan kepada insan pers yang dinilai memiliki jasa dalam pengembangan dunia pers. Mereka adalah orang-orang yang memiliki dedikasi, integritas, dan profesionalisme di dunia pers," kata Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Margiono, Kamis (9/2).

Selain Selamat Ginting, tiga wartawan senior Republika lain telah lebih dahulu menerima PCNO, penghargaan tertinggi kepada wartawan Indonesia. Mereka adalah Alwi Shahab (80), Ikhwanul Kiram Mashuri (58), dan Nasihin Masha (50).

 

Menanggapi pemberian penghargaan PCNO HPN 2017, Ginting, demikian ia akrab disapa, mengatakan bahwa ini merupakan momentum bagi dunia pers Indonesia untuk kembali memperjuangkan kebebasan pers. Ia mengindikasikan, mulai ada aroma gangguan terhadap kebebasan pers dari kepentingan tertentu dalam beberapa bulan terakhir ini.

 

"Masyarakat pers sesungguhnya mulai prihatin dengan adanya indikasi aroma intervensi dari pihak tertentu terhadap kebebasan pers. Misalnya, beberapa kali terjadi pembatalan sebuah acara debat di sebuah televisi swasta nasional," ujar Ginting, Kamis.

Ginting menilai, sebagai pilar keempat demokrasi, semua pihak, termasuk pemerintah, seharusnya sama-sama mewujudkan pers sebagai alat kontrol sosial yang kuat. Jika pers lumpuh sesungguhnya negara ini pun lumpuh. Maka itu, ia berjanji akan terus perjuangkan jurnalisme damai di setiap karya jurnalistiknya.

Apalagi, kata dia, di tengah konflik politik menjelang pemilihan kepala daerah secara serentak. Munculnya hoax atau berita bohong yang menguasai media sosial belakangan ini, menjadi tantangan bagi wartawan Indonesia untuk berpikir bijak dalam menuangkan karya jurnalistiknya. "Jangan sampai pers justru terlibat dan menjadi bagian dari konflik. Pers harus mengedepankan jurnalisme damai di tengah ancaman konflik," kata Ginting bersemangat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement