REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menilai, presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak perlu marah dan kecewa secara berlebihan, pascademo di rumahnya, Senin (6/2).
Justru, menurut dia, SBY semestinya bergembira dengan demonstrasi itu karena mungkin mahasiswa-mahasiswa yang demonstrasi telah kehilangan harapan dengan permasalahan kebangsaan saat ini. Mahasiswa mungkin berasumsi Presiden tidak hadir, sehingga mereka protes kepada mantan presiden dan bukan ke presiden.
''Nah, justru yang harusnya marah dan kecewa itu adalah Presiden Joko Widodo, karena sejak awal menjabat Pak Joko Widodo secara terbuka, tulus dan ikhlas menyatakan rindu dan senang dengan demonstrasi sebagai bentuk aspirasi rakyat,'' kata Dahnil, dalam siaran persnya, Selasa (7/2).
Pertanyaannya adalah mengapa mahasiswa tidak protes ke Jokowi, sebagai presiden dan penguasa saat ini. Sehingga, kata Dahnil, pantas jika Jokowi yang marah dan bertanya-tanya, apa maksud mahasiswa itu.
''Ini kan seperti judul film, 'Ayah yang tidak dianggap'. Bila kita ibaratkan Presiden adalah ayahnya mahasiswa,'' kata Dahnil.