REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Terdakwa kasus dugaan penodaan agama, Basuki Tjahja Purnama atau Ahok mengungkapkan tak ada yang berbeda dalam menghadapi persidangan kesembilan yang digelar pada Selasa (7/2) pagi ini.
Menurut Ahok, setiap akan menjalani persidangan, ia hanya akan berusaha mempelajari berita acara pemeriksaan (bap) dari para saksi. "Ya kami baca BAP mereka saja," kata Ahok saat kampanye blusukan di Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (6/2).
Adapun agenda sidang pada hari ini adalah Jaksa Penuntut Umum (JPU) akan menghadirkan tiga orang saksi. "Dua saksi fakta yakni nelayan dari Kepulauan Seribu yang hadir pada tanggal 27 September saat (Ahok) sosialisasi dan satu saksi merupakan anggota Komisi Fatwa MUI dan Dosen UIN Syarif Hidayatullah, " kata anggota tim kuasa hukum Ahok, Humphrey Djemat, Selasa (7/2).
Dua nelayan itu adalah Jaenudin alias Panel dan Sahbudin alias Deni. Mereka merupakan nelayan yang menghadiri acara sosialisasi budidaya ikan kerapu di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pulau Pramuka tempat Ahok diduga melakukan penodaan agama. Seharusnya, keduanya bersaksi pada persidangan Selasa pekan lalu. Hanya saja, mereka tak datang.
Sementara satu saksi lainnya adalah anggota Komisi Fatwa MUI dan Dosen UIN Syarif Hidayatullah adalah Hamdan Rasyid. Pada sidang kedelapan, JPU juga memanggil seorang saksi dari MUI, yakni, Ketum MUI, KH Ma'ruf Amin. Sehingga, ini merupakan kedua kalinya jaksa menghadirkan pihak MUI sebagai saksinya.
Ahok didakwa melakukan penodaan agama karena mengutip surat Al-Maidah ayat 51 saat kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu. JPU mendakwa Ahok dengan dakwaan alternatif antara Pasal 156 huruf a KUHP atau Pasal 156 KUHP.