Ahad 05 Feb 2017 08:36 WIB

Kasus Kusta di Cirebon Masih Tinggi, Strategi Sosialisasi Diubah

Rep: Lilis Handayani/ Red: Nur Aini
Bakteri lepra atau kusta (mycobacterium leprae)
Foto: musee-afrappier.qc.ca
Bakteri lepra atau kusta (mycobacterium leprae)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Kasus penyakit kusta atau lepra di Kabupaten Cirebon menempati urutan ketiga tertinggi dibandingkan daerah lainnya di Jabar. Karena itu, dibutuhkan penemuan kasus dan pengobatan dini untuk mengatasi penyebaran penyakit tersebut.

 

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon, pada 2016, terdapat 245 kasus kusta di Kabupaten Cirebon. Jumah itu meningkat dibandingkan 2015 yang mencapai 244 kasus kusta. Hingga Januari 2017, sedikitnya ada 233 kasus kusta yang sedang ditangani. Kasus kusta di Kabupaten Cirebon itu menempati urutan ketiga tertinggi setelah Kabupaten Subang dan Kabupaten Indramayu.

 

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit Menular (P3M) Dinkes Kabupaten Cirebon, Nanang Ruhyana, mengakui adanya peningkatan kasus kusta itu. Menurutnya, peningkatan tersebut disebabkan faktor perubahan strategi untuk mengetahui gejala penyakit kusta lebih dini sehingga kasus kusta lebih banyak terdeteksi. ‘’Kami memberikan formulir bergambar anatomi tubuh manusia,’’ kata Nanang, akhir pekan kemarin.

Melalui gambar tersebut, masyarakat diminta menandai bagian tubuh mana yang menunjukkan ciri-ciri kusta. Setelah itu, petugas kesehatan kemudian memeriksanya. Strategi itu berbeda dengan strategi sebelumnya. Dulu, masyarakat langsung diperiksa.

 

Menurut Nanang, kusta menyerang kulit, sistem syaraf perifer, selaput lendir pada saluran pernapasan atas serta mata. Sistem syaraf yang diserang akan membuat penderitanya mati rasa. Nanang menjelaskan, kusta disebabkan oleh bakteri mycobacterium lepra yang memerlukan waktu enam bulan hingga 40 tahun untuk berkembang dalam tubuh. Tanda dan gejala kusta itu bisa muncul setelah bakteri menginfeksi tubuh penderita selama tiga sampai lima tahun.

 

Bakteri mycobacterium lepra penyebab kusta ada di lingkungan masyarakat. Bakteri tersebut akan cepat berkembang biak di lingkungan yang kumuh. ‘’Penularannya bisa dengan kontak langsung maupun melalui udara,’’ kata Nanang.

 

Selama ini, masyarakat kerap memberikan stigma negatif kepada penderita kusta. Masyarakat menilai, kusta disebabkan oleh hal-hal berbau mistis. Karenanya, tak hanya masalah medis, penyakit kusta juga menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial dan ekonomi bagi para penderitanya.

 

Adanya stigma negatif itu akhirnya membuat penderitanya enggan pergi berobat. Dampaknya,

penderita kusta akan bertambah parah hingga mengalami kecacatan. Penderita pun akan menularkan penyakitnya kepada keluarganya yang melakukan kontak erat dengannya. ‘’Kusta sebenarnya bisa disembuhkan,’’ kata Nanang.

 

Namun, upaya penyembuhan akan jauh lebih sulit ketika penderita kusta telah mengalami kecacatan. Karenanya, dibutuhkan upaya deteksi dini dan pengobatan secepatnya. Nanang menerangkan, pihaknya telah melakukan beragam upaya untuk mengantisipasi penyebaran kusta, di antaranya melalui penyuluhan dan sosialisasi. Selain itu, melakukan pendeteksian dini untuk mencegah penderitanya mengalami kecacatan.

 

‘’Ada 57 puskesmas di Kabupaten Cirebon yang sudah bisa menangani kusta tanpa dipungut biaya,’’ tutur Nanang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement