REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, pemimpin jangan terlalu sering meminta maaf ke publik. Hal ini diutarakannya dalam menyoroti polemik yang muncul terkait pernyataan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kepada Ketua Umum MUI Kiai Ma'ruf Amin atas kisruh dugaan penyadapan.
"Seorang pemimpin itu jangan terpaksa terlalu sering minta maaf, karena terlalu sering minta maaf berarti membikin kesalahan. Kenapa pemimpin membikin kesalahan yang sama? Dngan kejadian kemarin, coba sudah beberapa kali Ahok terpaksa minta maaf? Berarti dia tidak hati-hati bisa buat kesalahan," ujar JK di Kantor Wakil Presiden, Jumat (3/1).
Menurut JK, pemimpin maupun pejabat publik boleh saja meminta maaf ke publik namun jangan terlalu sering. Apalagi, menjelang Pilkada maka nantinya akan berakibat terhadap keterpilihannya.
"Jangan setiap bulan minta maaf ke publik hal yang sama, berarti-hatilah. Akibatnya ya kepada pilkadanya, jadi apa yang terjadi di pengadilan akan berakibat kepada keterpilihan, pasti ada akibatnya," kata Jusuf Kalla.
Seperti diketahu sebelumnya, terdakwa kasus penodaan agama dan juga kandidat calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyiarkan rekaman video ke media sosial yang berisikan permintaan maaf kepada Rais Aam Nahdlatul Ulama KH Ma'ruf Amin. Permintaan maaf tersebut terkait dengan pernyataanya dalam persidangan kasus penistaan agama pada Selasa (31/1) lalu.