REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Pencegahan penyakit antraks memerlukan kerja sama menyeluruh dari sejumlah pihak terkait. Itu diungkapkan Dosen Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Elly Tugiyanti.
"Antraks merupakan penyakit yang mudah menular, oleh karena itu butuh kerja sama dari berbagai pihak, antara lain, peternak, masyarakat, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Pertanian," katanya, di Purwokerto, Senin (30/1).
Dia mengatakan peternak dan masyarakat berperan penting dalam proses pelaporan. "Dengan demikian perlu dibekali pengetahuan dan wawasan tentang penyakit antraks, gejala, dan cara penanggulangannya," katanya.
Untuk mencegah timbulnya penyakit antraks ataupun penyakit-penyakit zoonosis lainnya, kata dia, kementerian kesehatan dan kementerian pertanian harus rutin dalam melakukan penyuluhan.
"Gerakan ke bawah kementerian melalui dinas-dinas jangan hanya jika ada kasus saja, namun setelahnya tidak ada tindak lanjut," katanya. Di samping itu, kata dia, harus ada perhatian khusus bagi daerah-daerah endemi antraks atau penyakit zoonosis lainnya.
"Terutama terhadap kebijakan perpindahan maupun penjualan ternak antar daerah atau wilayah. Pada akhir-akhir ini kelihatannya aturan tersebut kurang dijalankan sebagaimana mestinya," katanya.
Sementara itu, dia menambahkan, masyarakat harus membiasakan diri dengan cara hidup bersih dan sehat. "Cuci tangan dengan sabun sebelum makan, cuci sayuran atau buah-buahan sebelum dimakan, setiap masak daging harus sampai matang sempurna," katanya.
Untuk daerah endemi, tambah dia, hindari kontak langsung dengan bahan makanan yang berasal dari hewan yang dicurigai terkena antraks. "Peternak juga harus rutin melakukan vaksinasi antraks pada ternaknya," katanya.