REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemkot Bandung terus memiliki semangat menegakkan Pancasila dan menguatkan toleransi antarsuku, ras, dan agama di Kota Bandung. Menurut Wali Kota Bandung, M Ridwan Kamil, hal tersebut terus digelorakan karena ia ingin menunjukkan bahwa kota ini ramah terhadap kebhinekaan. Bahkan, selama lima tahun, ia telah memberikan izin untuk 300 rumah ibadah non-Muslim.
"Itu jumlah terbanyak di Indonesia. Artinya, 60 bangunan ibadah per tahun kami izinkan," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil saat memberikan sambutan di acara Pemberian Penghargaan kepada Ridwan sebagai tokoh penggerak pluralisme. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Maruarar Sirait pada acara Natal Pemuda-Pemudi Kristen Bandung Raya, Sabtu malam (28/1).
Menurut Emil, ia ingin memastikan kepada warga Bandung, apa pun latar belakang agama dan kehidupan sosialnya, mereka akan memiliki hak yang sama di Kota ini. Ia wajib memberikan pelayanan yang setara kepada seluruh warganya.
"Selama KTP-nya di Kota Bandung, masalah hidupnya adalah masalah saya," katanya
Menurut Emil, sedari awal pembangunannya, Kota Bandung telah didesain untuk menjadi kota pelesir. Kota ini banyak didatangi oleh masyarakat dari mana-mana. Oleh karenanya Kota Bandung tumbuh menjadi kota yang plural.
Selain itu, kata dia, Indonesia juga pada hakikatnya adalah negara yang lahir dari perbedaan. Ratusan budaya, suku, dan bahasa menjadikan negeri ini sangat beragam namun bisa dipersatukan dengan semangat kemerdekaan.
"Maka kalau ada orang yang ingin menyeragamkan Indonesia ini dengan paksaan, itu sudah melawan narasi sejarah. Nggak boleh ada pemaksaan untuk menyeragamkan urusan hidup kita," katanya.
Emil pun meyakini bahwa saat ini warga Bandung pun adalah masyarakat yang santun dan sangat toleran. Maka pada saat ada peristiwa intoleransi di Kota Bandung, itu terjadi karena oknum tertentu yang tidak merepresentasikan warga Bandung sendiri.
"Jadi jangan menggeneralisasikan bahwa orang Bandung semuanya begitu. Saya percaya, mayoritas warga Bandung sangat santun dan toleran," katanya.
Pada masa pemerintahannya Emil berupaya membangun kota dengan menegakkan paham pluralisme tersebut berdasar pada Pancasila dan peraturan yang berlaku. "Contohnya, saya memberikan izin pembangunan rumah ibadah jika sesuai dengan regulasi yang ada," katanya. Baca juga : http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/04/07/oo1akz352-rekomendasi-kegiatan-keagamaan-kota-bandung-proporsional
Sementara menurut Ketua Panitia Natal Pemuda-Pemudi Kristen Bandung Raya, Theo Cosner Tambunan, kegiatan tersebut diikuti oleh ratusan anak muda yang tergabung dalam berbagai komunitas keagamaan, seperti Huria Kristen Batak Protestan (HKBP),Gereja Kristen Indonesia (GKI), Gereja Bethel Indonesia (GBI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia GMKI),Gereja Kristen Pasundan (GKPs), dan lain-lain.
Menurut Theo Cosner Tambunan, acara itu dilaksanakan oleh Paguyuban Pemuda Kristen Bandung Raya untuk menanamkan rasa kebhinekaan kepada anak muda Bandung dan mencegah terjadinya kegiatan yang memicu intoleransi di kota ini.
"Keberagaman dan kebhinekaan adalah hal yang indah," katanya.