Jumat 27 Jan 2017 18:01 WIB

Pak Harto Wafat, Kabar Alam, dan Liputan Wartawan

Suharto di Papua, 27 september 1969
Foto: Gahetna.nl
Suharto di Papua, 27 september 1969

Oleh: Selamat Ginting*

Walau musim penghujan, namun seminggu belakangan, Jakarta dalam keadaan kering dan panas pada pagi hingga sore hari. Tetapi sore itu, tiba-tiba hujan tercurah dengan lebat. Hujan deras bisa dirasakan masyarakat di sebagian Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat.

Hal yang sama juga terjadi di Astana Giribangun, Karanganyar, atau sekitar 40 km dari Solo, Jawa Tengah. Hujan yang sepekan tidak menyapa, tiba-tiba tumpah ruah. Guntur menggelegar sesekali terdengar. Angin cukup kencang juga tak mau ketinggalan menyapu wilayah itu. 
Pada malam hari, Yogyakarta diguncang gempa. Badan Meteorologi dan Geofisika mencatat, gempa terjadi pukul 19.48.03 WIB. Gempa berkekuatan 5,2 SR ini berpusat di 115 km Tenggara Wonosari, Yogyakarta.
Alam memberi kabar dari Jakarta dan Yogyakarta.

Itulah sebagian suasana saat rakyat Indonesia terhenyak menyaksikan pengumuman oleh media massa dari Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. 
Pada Ahad, 21 Januari 2008, pukul 13.10 WIB, Tim Dokter Kepresidenan bersama Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut) dan Siti Hediati Hariyadi (Titik), menyatakan bahwa mantan Presiden Soeharto meninggal dunia.

"Innalillahi Wainailaihi Rojiun, telah wafat dengan tenang Bapak Haji Muhammad Soeharto pada hari Minggu 27 Januari 2008, pukul 13.10 WIB di RSPP Jakarta," ujar Tutut.

Selanjutnya, Tutut menyatakan permintaan maaf dan berterima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia yang mendoakan ayahnya. Dia sempat mengucapkan Istiqfar sebanyak tiga kali sebelum menyatakan permintaan maafnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement