Rabu 25 Jan 2017 16:49 WIB

Isu Antraks, Penjualan di Pasar Hewan Tasik Melesu

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Angga Indrawan
Petugas memberi makan sapi-sapi lokal. Ilustrasi.
Foto: Antara
Petugas memberi makan sapi-sapi lokal. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pasar hewan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya mengalami penurunan penjualan hewan ternak sapi dan kerbau sebesar 20 persen. Penurunan penjualan diduga terjadi mencuatnya isu penyakit antraks di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kepala UPT Pasar Manonjaya Kendi Efendi mengatakan isu penyakit antraks ikut mempengaruhi konsumen. Meski hanya dibuka setiap hari Rabu per pekannya, ia menyebut sekitar 300 ekor sapi diperdagangkan di sana. Dari jumlah tersebut, 40 persen di antaranya dipasok dari peternak lokal. Adapun 60 persennya berasa dari wilayah Banjar, Ciamis, Pangandaran, serta sebagian kecil dari wilayah Jawa Timur. Ia memastikan tidak ada sapi yang berasal dari Yogyakarta .

"Saat ini saja terdata baru masuk 180 ekor dari biasanya sampai 300 ekor, jadi penurunan penjualan memang terjadi," katanya pada wartawan, Rabu (25/1).

Sementara itu, Kabid Keswan Kesmavet Dinas Peternakan Idik Abdulah mengatakan, pihaknya melakukan pengetatan pengecekan sapi berkoordinasi dengan Pemprov Jabar. Tujuannya supaya dugaan penyakit antraks tak muncul di Kabupaten Tasik.

"Ada check point dilakukan pemeriksaan secara ketat. Kemudian yang masuk ke sini pun diperketat pemeriksaannya. Bila terdapat kondisi tanda sakit, maka langsung disuntik antibiotik. Kami jalankan SOP seketat mungkin meski ditegaskan bila disini tidak ditemukan kasus antraks," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement