REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman segera melakukan penyelidikan epidemologi usai meninggalnya seorang warga Godean yang diduga tertular virus antraks. Namun demikian, dari hasil penyelidikan tersebut, petugas sama sekali tidak menemukan bukti-bukti penularan antraks.
"Dari hasil penyelidikan epidemologi tidak ditemukan sumber penularan. Semua pemeriksaan hasilnya negatif," kata Kepala Dinkes Sleman, Nurul Hayah pada Republika, Senin (23/1). Bahkan menurutnya, petugas sama sekali tidak menemukan hewan yang berpotensi bisa menyebabkan penularan antraks di tempat penyelidikan.
Sebelumnya, seorang warga Siping Sidomoyo, Kecamatan Godean meninggal diduga karena antraks pada 6 Januari 2017. Kabar ini sempat menggemparkan warga Sleman dan hampir seluruh masyarakat Yogyakarta. Namun demikian, Pemkab Sleman dan UGM mengimbau masyarakat untuk tetap tenang.
Pasalnya penularan antraks sendiri sangat sulit terjadi. Ditambah pemerintah telah melakukan upaya pencegahan penyebaran bankteri tersebut melalui pengawasan perdagangan pasar hewan dan vaksinisasi ternak.
Bupati Sleman, Sri Purnomo menuturkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Pangan dan Kehutanan (DPPK) untuk mengawasi distribusi daging sapi di wilayah setempat. “Kami tentunya mencegah antraks masuk ke Sleman. Dinas Pertanian sudah melakukan berberapa upaya pengawasan,” katanya.
Kepala DPPK Sleman, Widi Sutikno membenarkan adanya upaya pencegahan peredaran daging sapi asal Kulonprogo. DPPK juga menambah jumlah petugas kesehatan hewan di lapangan untuk meningkatkan pengawasan, baik di pasar tradisional maupun pasar hewan.
"Kita mencegah bukan artinya kita anti Kulonprogo. Tapi ini demi kebaikan kita bersama," ujarnya. Selain melakukan pengawasan, DPPK berencana untuk melakukan vaksinasi terhadap sapi-sapi yang diduga sakit.
Namun demikian, Widi menyampaikan, upaya pencegahan antraks yang tidak kalah penting adalah sosialisasi pada masyarakat. Pasalnya awal mula kasus antraks di Kulonprogo terjadi karena warga menyembelih dan memakan sapi yang sedang sakit.
Padahal sapi yang sakit seharusnya ditangani secara medis. Bukan malah dikonsumsi tanpa mengetahui penyakitnya terlebih dulu. "Jadi kalau ada sapi sakit tolong lapor ke kita. Kita sudah bekerjasama dengan Balai Besar Veteriner Wates untuk memantau antraks," tutur Widi.
Menurutnya, fasilitas kesehatan hewan untuk memantau kejadian antraks di Sleman sudah cukup memadai. Setidaknya ada 14 Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) yang tersebar di Kabupaten Sleman yang mampu memberikan vaksin antraks pada sapi.