REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) menurunkan tim untuk mengecek kasus dugaan antraks yang terjadi di Kulon Progo, Yogyakarta. Direktur Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Fadjar Sumping Tjatur mengungkapkan sumber bakteri antraks belum bisa diketahui karena selama ini Kabupaten Kulon Progo tak pernah mencatat kasus tersebut.
"Setahu saya sudah sejak puluhan tahun tidak pernah mendengar ada kasus antraks di Kulon Progo. Mungkin di situ dulu ada sporanya karena bisa hidup puluhan tahun atau kuman antraks (Bacillus Anthracis) berasal dari lalu lintas hewan daerah lain. Sampai sekarang belum diketahui asalnya,’’ kata Direktur Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Fadjar Sumping Tjatur Rasa kepada Republika.co.id, Ahad malam (22/1).
Fadjar mengungkapkan, kematian pasien anak yang diduga terjangkit antraks di RSUP Dr Sardjito tidak ada hubungannya dengan kasus antraks pada hewan di Kulon Progo. Demikian pula dari pelacakan konsumsi pangan anak tersebut tidak ditemukan konsumsi pangan asal hewan. Sehingga jika diduga ada infeksi kuman antraks pada hasil uji laboratorium anak tersebut kemungkinan diperoleh dari spora di lingkungannya, bukan berasal dari hewan ternak atau produk hewan.
Dia mengungkapkan, kematian anak tersebut karena meningitis. Akan tetapi, dari cairan cerebrospinal yang diuji di Laboratorium Dinas Kesehatan dan sampel yang sama dikonfirmasi di BBVet Wates, ditemukan adanya kuman antraks. Secara teori memang pernah ditemukan adanya infeksi antraks yang menyebabkan radang meningitis. Akan tetapi, kasus ini sangat langka terjadi. Karena itu, sampel dari korban akan diteliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan di Jakarta untuk mengonfirmasi meningitis tersebut positif karena antraks.
"Tim investigasi telah melacak bahwa anak tersebut sebelum sakit dan demam pernah berenang di salah satu kolam renang dekat tempat tinggalnya, tetapi dari hasil uji lab terhadap sampel dari lokasi kolam renang tidak ditemukan adanya kuman antraks,’’ kata Fadjar yang merupakan mantan direktur BBVet Wates ini.