Sabtu 21 Jan 2017 15:48 WIB

Pengamat Sarankan Agus Kurangi Dominasi Saat Debat

Rep: Umi Nur Fadilah/ Red: Indira Rezkisari
Paslon Cagub dan Cawagub DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno saat mengikuti debat publik perdana di Jakarta, Jumat (13/1) malam
Foto: Republika/Prayogi
Paslon Cagub dan Cawagub DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno saat mengikuti debat publik perdana di Jakarta, Jumat (13/1) malam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar gestur, Monica Kumalasari, menyarankan kepada calon gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono untuk tidak mendominasi dalam debat calon kepala daerah DKI Jakarta.

"Sekarang medsos bisa mem-bully. Masukan ke Agus, dominasinya agak dikurangi," kata dia dalam diskusi berjudul Menakar Kapabilitas Kandidat Lewat Evaluasi Debat Pertama di Jakarta, Sabtu (21/1).

Ia menyarankan, Agus agar memberikan kesempatan kepada wakilnya, Sylviana Murni, untuk menjawab dan memberikan pandangan pada pertanyaan paslon lainnya. Namun, ia meminta Sylviana mengurangi 'mendongeng' dalam menjawab pertanyaan para paslon atau panelis dalam debat.

Sementara itu, Monica menilai, pejawat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mampu menempatkan dirinya. Penilaian itu merujuk pada kondisi Ahok yang tengah menjadi perbincangan hangat akibat kasus dugaan penistaan agama. Ia bahkan menilai kata-kata Ahok yang mensyukuri mempunyai wakil gubernur, Djarot Saiful Hidayat, tulus.

"Dia agak lebih legawa. Untuk Pak Djarot hati-hati ke hal sensitif," ujar dia.

Monica juga memuji penampilan pasangan nomor urut tiga, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Ia menilai, Anies mempunyai gestur, vokal, dan kemampuan dalam debat putaran pertama. Namun, ia mengusulkan agar Anies meningkatkan kemampuan dalam bertanya. Sehingga, tidak akan ada sindiran terhadap dirinya soal dosen.

Sementara itu, pengamat tata kota Yayat Supriatna menilai pertanyaan-pertanyaan dalam debat putaran pertama merupakan pertanyaan lama. Namun, dikemas menjadi bentuk penegasan terhadap kepemimpinan kandidat calon kepala daerah.

"Jangan sampai pilkada ini hanya jadi loncatan politik. Debat ini untuk kepentingan warga," ujar Yayat.

Ia menyarankan kepada para paslon agar tidak menanggapi pertanyaan dengan jawaban yang normatif. Sebab, jawaban mereka bersinggungan langsung dengan kepentingan masyarakat

"Kita ingin jawaban yang bisa realistis. Dikembalikan dari ajang debat ini, bagaimana pilihan yang ada bisa jadi keyakinan berikan sesuatu yang bisa berikan yang terbaik," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement