Kamis 19 Jan 2017 23:16 WIB

Bantul tidak Temukan Sapi Terkena Antraks

Induk sapi dan anaknya (ilustrasi).
Foto: Antara/Musyawir
Induk sapi dan anaknya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sampai saat ini tidak menemukan ternak sapi berpenyakit antraks meskipun di kabupaten tetangga ditemukan kasus itu.

"Antraks termasuk penyakit menular, namun sampai hari ini di Bantul belum ditemukan, mudah-mudahan tidak ada," kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan Bantul Pulung Haryadi di Bantul, Kamis (19/1).

Menurut dia, kasus ternak sapi terkena penyakit antraks memang ditemukan di wilayah Kabupaten Kulon Progo beberapa hari lalu, Bantul sebagai kabupaten yang bersebelahan tentu perlu melakukan antisipasi penularannya.

Ia mengatakan, begitu mendapat kabar temuan penyakit antraks tersebut, instansinya langsung menghubungi semua petugas kesehatan di Bantul, agar pemeriksaan rutin tetap dilaksanakan. "Setelah dengar dari Kulon Progo kami langsung kontak semua dokter puskeswan, menanyakan ada tidak temuan sapi antraks, sejauh ini masih aman. Kami juga minta pemerikaan rutin masih, jangan ditinggalkan," katanya.

Pulung mengatakan, penyakit antraks pada hewan ternak bukan merupakan kejadian musiman, namun karena ada sebab tertentu dan biasanya ada vektor yang menularkannya, sehingga yang kena harus ditelusuri dapatnya di mana. "Ciri-ciri hewan ternak terkena antraks di antaranya terdapat bengkak kemerahan pada bagian hewan dan kemudian ada hitam di tengahnya. Juga kalau hewan mati mendadak perlu dicurigai," katanya.

Menurut dia, kondisi hewan yang seperti itu dipastikan dalam keadaan terkena penyakit, dan tidak diperkenankan untuk disembelih dan dikonsumsi sebelum dilakukan pengobatan yang kemudian dipastikan sembuh dari penyakit yang diidapnya.

"Jika ada sapi kena antraks dilarang disembelih, karena dengan dimasak apapun juga tidak ada pengaruhnya. Kalau dagingnya dikonsumsi manusia bisa tertular, jika penanganan terlambat bisa meninggal," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement