REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Warga di wilayah Kecamatan Cilongok dan Ajibarang Kabupaten Banyumas mengeluhkan keruhnya air sungai yang mengalir di desa-desa mereka. Sungai yang biasanya berair jernih, sejak beberapa pekan terakhir berubah menjadi coklat berlumpur.
''Air sungai yang mengalir di desa kami sangat besar artinya bagi kehidupan warga kami. Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan air bersih, tapi juga untuk mengairi kolam-kolam pemeliharaan ikan,'' kata Kepala Desa Karang Tengah Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas, Rusdi Mulyanto, Sabtu (15/1).
Menurutnya, keruhnya air sungai bermata air di lereng selatan Gunung Slamet ini, berlangsung sejak PT SAE yang mengerjalan Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi mulai melaksanakan aktivitas pembangunan di kawasan lereng gunung tersebut. Dari pengamatan, salah satu aliaran air sungai yang keruh ini terjadi di Sungai Cipendok. Bahkan obyek wisata Curug Cipendok Kecamatan Cilongok yang sebelumnya dikenal masyarakat Banyumas memiliki air yang sangat jernih, kini berubah menjadi coklat keruh.
Rusdi menyebutkan, setelah air sungai berubah menjadi keruh, banyak warga tidak lagi bisa menggunakan air dari sungai itu untuk memasak dan mencuci. ''Selama ini, banyak warga mengalirkan air langsung dari sungai tersebut ke rumah-rumah mereka untuk kebutuhan air rumah tangganya. Namun karena airnya sekarang menjadi keruh, banyak warga tidak bisa lagi menggunakan sumber air tersebut,'' katanya.
Selain itu, kata Rudi, keruhnya air sungai tersebut menyebabkan banyak warga yang memiliki kolam-kolam ikan mengalami kerugian. Hal ini air yang dialirkan ke kolam-kolam mereka menjadi keruh. ''Bagi ikan-ikan yang sudah besar, air yang keruh tidak sampai mematikan. Tapi ikan-ikan yang kecil, banyak yang mati,'' katanya.
Bupati Banyumas Achmad Husein, mengaku sudah merespon keluhan warga dengan meminta penjelasan langsung pada pihak PT SAE. ''Saya sudah minta keterangan pihak perusahaan, dan proyek sudah saya minta untuk dihentikan sementara,'' katanya.
Berdasarkan informasi, keruhnya sungai yang airnya bersumber dari lereng selatan Gunung Slamet tersebut, bukan disebabkan oleh aktivitas pengeboran. Namun disebabkan pembukaan akses jalan menuju lokasi pengeboran. ''Pembukaan akses jalan yang dilakukan pada musim penghujan ini, menyebabkan penebangan dan tanah yang diratakan banyak tergerus air dan masuk ke aliran sungai,'' kata Bupati.
Meski demikian, Bupati mengaku tetap meminta pihak perusahaan untuk sementara aktivitas pembukaan lahan tersebut, sambil kemudian melakukan upaya untuk melakukan normalisasi air sungai. ''Mereka sudah berjanji pada Jumat besok, air sungai bisa jernih lagi,'' katanya.