REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terdakwa kasus penistaan agama, Basuki Tjahja Purnama atau Ahok memaparkan keberatannya terhadap kesaksian dari saksi pelapor kedua, Irena Handono dalam sidang lanjutan kasus yang menjeratnya di Auditorium Kementrian Pertanian, Jalan Harsono, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (10/1). Ahok keberatan dengan tuduhan Irena ihwal penodaan agama yang dilakukan Ahok di Balai Kota, Konfrensi Pers di Partai Nasional Demokrat, e-book, termasuk video rekaman di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
Menurut Ahok, semua hal tersebut tidak benar. "Memang semua video benar, yang hanya potongan itu tidak benar karena banyak dipotong dan menitnya berbeda," ujar Ahok di Auditorium Kementrian Pertanian, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (10/1).
Ahok merasa Irena tidak pernah membaca buku merubah Indonesia yang ditulis olehnya secara lengkap. "Buku tidak dibaca semua, orang yang saya sebut dalam isi buku itu adalah oknum politik," kata Ahok.
Ahok melanjutkan, di dalam bukunya Ahok juga merasa tidak pernah menafsirkan surat Al Maidah ayat 51. Menurut Ahok, penggunaan Al Maidah yang sering digunakan oleh kontestan Pemilihan Kepala Daerah berdasarkan perkataan teman akrabnya, ter,asuk Abdurahman Wahid atau Gus Dur.
Mantan Bupati Belitung Timur itu juga menampik anggapan Irene yang mengatakan dirinya memiliki kebencian terhadap Islam. "Fitnah, mana mungkin, saya punya keluarga angkat Muslim," ucapnya.
Ahok justru mempertanyakan keberatan Irena tentang pemimpin Muslim. Padahal, banyak Partai Islam yang justru mendukung calon pemimpin yang non-Muslim.
Kemudian, terkait tuduhan kampanye terselubung saat kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu pada 27 September 2016, Ahok mengaku tidak pernah mengajak warga Kepulauan Seribu untuk memilihnya. "Kalau kampanye, saya bilang pilih saya, padahal tidak ada satupun saya bilang pilih saya," kata Ahok.
Suara calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut dua itu semakin tinggi saat membacakan keberatannya terkait berita acara Irena nomor 13 yang mengatakan kasus ini mengancam keutuhan NKRI. "Justru pikiran saudara yang tidak konstitusional dan mengganggu keutuhan," katanya.
Ahok juga tak terima dikatakan meskipun membangun masjid tapi juga merobohkan masjid dan tidak membangunnya lagi. "Saya merobohkan masjid kan karena mau saya bangun lagi, tapi tunggu tender. Nangis bapak ibu angkat saya kalau robohkan masjid," kata Ahok.