Senin 02 Jan 2017 06:18 WIB

Pengamat: Aksi 411 dan 212 Jadi Sejarah, Isu Makar Terlalu Lebay

Aksi Super Damai 212 : Foto aerial ribuan umat Islam melakukan zikir dan doa bersama saat Aksi Bela Islam III di kawasan Bundaran Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (2/12).
Foto: Republika/Prayogi
Aksi Super Damai 212 : Foto aerial ribuan umat Islam melakukan zikir dan doa bersama saat Aksi Bela Islam III di kawasan Bundaran Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (2/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan aksi 4 November 2016 atau 411 dan aksi 2 Desember 2016 atau 212 menjadi sejarah penting bagi Indonesia. Ia menilai aksi damai tersebut menghabiskan energi yang tidak sedikit tapi mampu didengar dunia.

"Aksi 212 dan 411 menjadi sejarah penting. Semua mata dan telinga dunia juga ikut melihat, menyaksikan dan mendengar mengambil bagian menyaksikan peristiwa aksi damai terbesar sepanjang sejarah," kata Pangi dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (1/1).

Adapun tuntutan aksi damai tersebut yaitu menuntaskan kasus dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Serta meminta penegak hukum agar adil dan tanpa pandang bulu menuntaskannya, sehingga tidak ada lagi kasus-kasus penistaan agama lainnya.

Seiring dengan aksi 212, juga muncul isu pendongkelan atau makar terhadap Presiden Joko Widodo yang menurutnya menarik untuk dicermati. "Namun belakangan pemerintah sudah mulai terlalu lebay dan terkesan paranoid, terkesan menuduh dan mengambil kesimpulan melompat," jelasnya.

Selain itu, lanjutnya, ada dugaan Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) rawan disalahgunakan untuk membungkam dan menghabisi lawan politik dan mematikan ruang kritik.

"Sudah banyak yang ditangkap dan memakan korban dan dituduhkan pasal transaksi elektronik tersebut. Jangan sampai rakyat mulai takut berbicara dan berpendapat," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement