Ahad 01 Jan 2017 16:58 WIB

Sumarsono Simpulkan Penyebab Terbakarnya KM Zahro

Rep: Noer Qomariah/ Red: Indira Rezkisari
Petugas gabungan mengevakuasi korban yang terbakar di dalam kapal motor Zahro Express di dermaga Muara Angke, Jakarta, Ahad (1/1).
Foto: Antara
Petugas gabungan mengevakuasi korban yang terbakar di dalam kapal motor Zahro Express di dermaga Muara Angke, Jakarta, Ahad (1/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengatakan ada kesalahan mesin yang menyebabkan Kapal Motor Zahro Express terbakar pada Ahad (1/1). Kapal ini terbakar saat menuju Pulau Tidung.

"Dari data telah kita cek dari Dishub yang penting menyelamatkan dulu. Nah setelah kita lihat observasi sementara mungkin karena efek dari tahun baru kali ya orang liburan dan seterusnya. Luar biasa. Ini kesimpulannya ada kesalahan mesin, tekniknya kita tidak terlalu tau. Itu kan masih yang panas ya. Mobil saja kalau kelebihan penumpang mesinnya panas meledak," ujar Sumarsono di Ancol, Ahad (1/1).

Pria yang akrab disapa Soni ini mengatakan KM Zahro Express adalah kapal antarpulau. Kapal tersebut, Sumarsono mengatakan, merupakan kapal yang biasa dipakai di Pulau Seribu. Namun kapal itu bukan milik Pemprov DKI Jakarta.

"Jadi kapal itu sama seperti kendaraan angkutan kota yang bukan milik kita. Ini milik rakyat angkutan tradisional yang kemudian untuk layak jalan harus ada izin dari kami. Jadi kami hanya pengawal memberikan fasilitas perizinan dan kontrol. Kami memberi navigasi, pengawasan lewat Syahbandar dan seterusnya. Itu kan fungsi pelayanan yang sifatnya hanya itu saja," katanya.

Ia mengatakan kejadian terbakarnya KM Zahro Express ini menjadi pembelajaran untuk Pemprov DKI Jakarta untuk memperketat izin beroperasi. Sebab nyawa menjadi taruhannya.

"Yang harus dididik kedua adalah SDM-nya. Ini harus revolusi mental. Mental para pejabat Syahbandar pelabuhan yang mengatakan boleh tidak jam berangkat itulah yang harus dibuat profesional dan disiplin tinggi. Jangan karena ada ukuran kecil misalnya dia jadi goyang terus orang diberangkatkan. Jadi ini hardware-nya fasilitasnya, sedangkan software-nya itu ya perangkat yang mengurusi yang harus dibenahi. Coba kalau yang berangkat hanya 100, saya yakin Insya Allah tidak terjadi apa-apa," ujarnya menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement