REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Myanmar untuk Indonesia Aung Htoo menyampaikan terima kasih kepada pemerintah dan rakyat Indonesia atas bantuan kemanusiaan yang dikirim ke Negara Bagian Rakhine.
"Kami ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan kemanusiaan yang diberikan pemerintah dan rakyat Indonesia, dan juga komitmen Indonesia untuk mendukung kami dalam menyelesaikan krisis ini," kata Dubes Htoo di Jakarta, Jumat (30/12).
Pada Kamis (29/12), Presiden Joko Widodo telah melepas sepuluh kontainer bantuan kemanusiaan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, yang terdiri atas mi instan, makanan dan susu bayi, serta pakaian.
"Bantuan kemanusiaan itu setidaknya cukup untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi masyarakat rakhine selama satu bulan," kata Htoo.
Selain itu, Dubes Htoo juga menyampaikan terima kasih atas dukungan diplomatik Indonesia kepada Myanmar selama menghadapi krisis di Rakhine.
Htoo mengatakan kunjungan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ke Myanmar pada 6 Desember lalu dan bertemu langsung dengan Pemimpin Myanmar Aung San Suukyi telah memberikan kepercayaan diri pada negaranya untuk menyelesaikan krisis di Rakhine, salah satunya, melalui pembangunan yang inklusif.
"Anda tahu, ada banyak sekali berita palsu dan rumor yang berkembang, mereka bilang ada pembunuhan, pemerkosaan, genosida, dan lain-lain, tapi sebagian besar adalah tidak benar," kata dia.
"Dan menteri luar negeri Anda bersedia datang dan berbicara langsung dengan orang-orang di sana (Rakhine), sehingga dia tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana," lanjut Htoo.
Menlu Retno Marsudi diutus Presiden Jokowi ke Myanmar untuk menyampaikan empat hal, yakni pentingnya segera dibuka akses bantruan kemanusiaan ke Rakhine, pentingnya menciptakan stabilitas keamanan dan perdamaian bagi warga Rakhine, perlindungan dan penegakan Hak Asasi Manusia, serta keterbukaan untuk berdialog dengan ASEAN dalam menyelesaikan krisis tersebut.
Sebagai tindak lanjut kunjungan tersebut, pemerintah Myanmar mengundang sepuluh menteri luar negeri negara-negara ASEAN untuk melakukan pertemuan retreat terkait krisis Rakhine, di Yangon pada 19 Desember 2016.