REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Yogyakarta memiliki satu lagi objek wisata sejarah yang masuk kategori Bangunan Cagar Budaya (BCB). Dibuka secara resmi untuk umum, Jumat (23/12), Pesangrahan Rejowinangun menambah deretan panjang objek wisata peninggalan sejarah Kraton Mataram di Yogyakarta.
Pembukaan Pesangrahan Rejowinangun yang letaknya berdekatan dengan Gembiraloka Zoo ini dilakukan setelah mengalami pemugaran dan perbaikan di beberapa tempat.
Penghageng Tepas Panitikismo Kraton Kasultanan Yogyakarta KGPH Hadiwinoto mengatakan, Pesanggrahan Rejowinangun yang dibangun pada 1785 oleh Hamengku Buwono (HB) II, ketika HB I masih bertahta tersebut, merupakan pesanggrahan pertama dari 13 pesanggrahan yang sudah berhasil direhabilitasi. "Ini salah satu dari 13 pesanggarahan yang kita rehab," ujarnya.
Menurut dia, dalam Serat Rerenggan Kraton, disebutkan total terdapat 13 pesanggarahan yang dibangun oleh Raja Kraton Yogyakarta. Pesanggarahan sendiri merupakan tempat peristirahatan atau tempat menyepi para raja saat itu.
Meski sudah berhasil melakukan rehabilitasi, berupa bangunan kolam, masjid, pendopo dan bangunan bertingkat di kompleks pesangrahan tersebut namun menurut Gusti Hadi, masih ada beberapa bangunan yang perlu di rehab. Pasalnya total luas bangunan di pesangrahan tersebut mencapai 3.344 meter persegi di Barat Sungai Gadjah Wong. "Saat ini yang tampak baru 2.750 meter persegi saja," katanya.
Meski begitu kata dia, pihaknya berharap pembukaan Pesangrahan Rejowinangun ini bisa menjadi objek wisata baru di Yogyakarta. "Saya berharap, tempat ini juga bisa menjadi magnet baru wisata di Yogya," katanya.
Setelah Pesanggrahan Rejowinangun, tahun depan pihaknya juga akan melakukan pemugaran pesanggarahan di Banguntapan Bantul. Pesangrahan yang biasa disebut Goa Siluman ini juga diharapkan tahun depan bisa menjadi obyek wisata baru di Bantul.
Sementara itu Kepala Seksi Pelindungan Pengembangan dan Pemanfaatan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIYJ Wahyu Astuti mengatakan di pesanggarahan Rejowinangun, setiap harinya dikunjungi 50 orang. "Hal itu berdasarkan pengunjung yang mengisi buku tamu," katanya.
Meski begitu, pihaknya berharap pengunjung bisa ikut menjaga pesangrahan tersebut dengan tidak melakukan corat coret di tembok. Pihaknya juga meminya masyarakat yang melakukan foto pre-wedding supaya meminta izin ke BPCB DIJ. “Bukan kami meminta uang, tapi kami akan dampingi supaya tidak terjadi kerusakan,” ujarnya.
Dia juga meminta, pengunjung untuk tidak mengenakan sepatu hak tinggi yang runcing (high heels). Pasalnya hal tinggi bisa merusak batuan di pesangrahan tersebut.