Selasa 17 Jun 2025 10:10 WIB

Warga Israel Berbondong-Bondong Kabur Lewat Laut

Ditutupnya penerbangan komersial membuat warga Israel mencari cara melarikan diri.

Bandara Ben Gurion Israel kosong dari penumpang menyusul serangan militer Israel ke Iran, dekat Tel Aviv, Israel, Jumat, 13 Juni 2025.
Foto: AP Photo/Ariel Schalit
Bandara Ben Gurion Israel kosong dari penumpang menyusul serangan militer Israel ke Iran, dekat Tel Aviv, Israel, Jumat, 13 Juni 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Serangan balasan Iran yang terus menghujani wilayah Israel memaksa gelombang pelarian dari negara penjajah. Berbondong-bondong warga Israel melarikan diri menggunakan kapal pesiar akibat ditutupnya perjalanan udara.

Surat kabar Israel Haaretz mengungkapkan bahwa ratusan warga Israel dan orang asing setiap hari melarikan diri dengan kapal pesiar ke Siprus. Sejak awal perang, Israel telah menutup wilayah udaranya dan secara diam-diam memindahkan puluhan pesawat sipil ke luar negeri. Hal ini menyebabkan jutaan orang terjebak dalam serangan balasan Iran yang telah menyebabkan kematian dan kerusakan material yang signifikan di berbagai lokasi.

Baca Juga

Surat kabar tersebut bertemu dengan sejumlah orang yang melarikan diri di pelabuhan Herzliya di pantai Mediterania. "Menurut kelompok Facebook yang berdedikasi untuk meninggalkan Israel melalui laut, kini ada ratusan orang yang ingin meninggalkan Israel dengan cara ini. Dan seperti diketahui, ketika ada permintaan, selalu ada orang yang terburu-buru menawarkan jasa mereka dengan imbalan uang."

Haaretz menambahkan, di Herzliya, di marina Haifa (utara) dan Ashkelon (selatan), pemilik kapal pesiar kecil mengatur perjalanan untuk kelompok yang tidak lebih dari 10 orang. Surat kabar Israel melaporkan bahwa orang-orang yang berangkat merencanakan keberangkatan mereka dengan imbalan membayar ribuan dolar.

“Sebagian besar pelancong mengatakan bahwa mereka tidak lagi tinggal di Israel dan ingin kembali ke negara mereka atau bergabung dengan anak-anak mereka di luar negeri,” tulis surat kabar tersebut. “Sedikit yang mengakui bahwa mereka melarikan diri dari rudal Iran” karena “tidak ada yang bersedia berbicara terus terang kepada wartawan.”

photo
Bandara Ben Gurion Israel kosong dari penumpang menyusul serangan militer Israel ke Iran, dekat Tel Aviv, Israel, Jumat, 13 Juni 2025. - (AP Photo/Ariel Schalit)

Jumat lalu, Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap Iran, membom fasilitas nuklir dan pangkalan rudal serta membunuh para pemimpin militer dan ilmuwan nuklir, menyebabkan total 224 orang tewas dan 1.277 orang terluka.

Pada hari yang sama, Iran mulai merespons dengan serangan rudal balistik dan drone, yang juga menyebabkan kerusakan material yang signifikan, 24 kematian, dan 592 luka-luka, menurut Kantor Informasi Pemerintah Israel.

Sementaran, sekitar 100 ribu warga Israel dilaporkan terdampar di luar negeri dan tak bisa kembali menyusul eskalasi antara Israel dan Iran dan tak beroperasinya layanan udara sipil. Kondisi tersebut bakal membuat ekonomi Israel makin terpuruk.

Perkiraan resmi menunjukkan bahwa sekitar 100.000 warga Israel telah terdampar di luar negeri sejak dimulainya serangan tanpa tanggal kepulangan mereka yang jelas. Israel juga tak memiliki rencana resmi yang efektif untuk pemulangan mereka.

Sebuah laporan yang diterbitkan oleh surat kabar ekonomi Israel, The Marker, mengungkapkan dilema keuangan yang dihadapi orang-orang ini, di tengah kebingungan pemerintah mengenai mekanisme evakuasi dan hampir tidak adanya komitmen terhadap kompensasi ekonomi.

photo
Bandara Ben Gurion Israel kosong dari penumpang menyusul serangan militer Israel ke Iran, dekat Tel Aviv, Israel, Jumat, 13 Juni 2025. - (AP Photo/Ariel Schalit)

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa Otoritas Bandara Israel berencana mengoperasikan "jembatan udara" untuk mengembalikan warga Israel yang terdampar ke negaranya, memanfaatkan jeda waktu antara peluncuran rudal Iran, dengan menggunakan pesawat Israel yang saat ini ditempatkan di luar negeri.

Menurut perkiraan para ahli, jumlah pengungsi yang kembali tidak akan melebihi 3.000 orang per hari dalam skenario terbaik, yang berarti prosesnya akan memakan waktu setidaknya satu bulan penuh. Semua ini memerlukan kemampuan keamanan untuk mengurangi waktu penerbangan dan proses di Bandara Ben Gurion, sesuatu yang tidak dapat dijamin, menurut surat kabar tersebut.

Selain itu, dengan mengumumkan “pembukaan bandara” atau “mengatur penerbangan pulang” dapat menjadikan bandara tersebut sebagai sasaran langsung rudal Iran. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement