Jumat 16 Dec 2016 11:58 WIB

Kerugian Akibat Kemacetan di Sukabumi Mencapai Rp 1,4 Triliun per Tahun

Angkutan kota di Sukabumi
Angkutan kota di Sukabumi

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Hasil penelitian dilakukan Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) pada 2015 mengungkapkan kerugian akibat kemacetan di Sukabumi, Jawa Barat mencapai rata-rata Rp 1,4 triliun setiap tahunnya.

"Kerugian tersebut dihitung dari jumlah kendaraan yang terjebak macet, lama waktu tempuh dan bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan," kata Wali Kota Sukabumi, M Muraz di Sukabumi, Jumat (16/12).

Menurutnya perhitungan ini untuk arus kendaraan menuju wilayah Bogor. Dari hasil penelitian tersebut, rata-rata setiap harinya ada 88.066 kendaraan baik roda dua maupun lebih yang terjebak macet di jalur penghubung Sukabumi-Bogor. Selain itu jarak Sukabumi-Bogor yang normalnya ditempuh hanya 1,5 sampai dua jam, saat ini membutuhkan waktu hingga empat jam. Sehingga ada kerugian waktu sekiitar dua hingga dua setengah jam.

Guna mengoperasikan mesin kendaraan selama satu jam membutuhkan konsumsi BBM rata-rata untuk motor satu sampai dua liter dan kendaraan roda empat maupun lebih dua hingga tiga liter. Belum lagi dihitung dari kondisi kapasitas mesin (CC) yang sudah dipastikan semakin besar kapasitasnya maka akan lebih boros dalam mengkonsumsi BBM.

Kerugian lainnya, karena kemacetan ini juga beban konsumsi penumpang kendaraan menjadi bertambah, tetapi yang paling utama dihitung dari konsumsi BBM saat mengalami kemacetan. Penelitian yang dilakukan STTD yang tercatat berada di bawah Kementerian Perhubungan RI ini bisa menjadi landasan untuk mengukur dampak dari kemacetan. Khususnya di wilayah utara Kabupaten Sukabumi yang merupakan jalur utama penghubung dengan Bogor dan Jakarta.

"Tinggal hitung saja jika satu kendaraan yang terjebak macet menghilangkan dua liter BBM Premium yang tidak termanfaatkan tersebut setiap harinya dikalikan satu tahun," ujarnya.

Muraz menambahkan kerugian dari kemacetan tersebut lebih besar dari APBD Kota Sukabumi yang hanya Rp 1,1 triliun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement