Kamis 15 Dec 2016 18:07 WIB

Analis: Sentimen Etnisitas dan Agama Meningkat di Pilgub DKI 2017

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bayu Hermawan
Pilkada Serentak (Ilustrasi)
Foto: Antara/Rahmad
Pilkada Serentak (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilih berdasarkan sentimen etnisitas dan agama pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 dinilai mengalami kenaikan intensitas. Artinya, pemilih yang menentukan pilihan berdasarkan etnis dan agama makin terlihat.

Direktur Puspol Indonesia Ubedilah Badrun mengatakan pemilih di Jakarta hampir 57 persen adalah pemilih rasional. Mereka tersebar dari beragam agama dan etnis, selain itu dari jumlah tersebut, sekitar 30 persennya sering berubah pilihan dalam setiap pemilu. Sementara sisanya cenderung konsisten meski kritis terhadap para calon gubernur. Konsistensi mereka lebih karena hubungan kultural mereka dengan partai politik.

Analis sosial politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini menyebut pemilih dengan etnis Cina dan agama non-Islam cenderung memilih Ahok, meskipun ada juga sebagian yang melawan kebijakan penggusuran oleh Ahok.

"Kelompok agama non-Islam yang tidak memilih Ahok lebih dikarenakan mereka korban penggusuran atau kelompok yang melakukan pembelaan terhadap korban penggusuran," ujarnya kepada Republika.co.id, Kamis (15/12). Fakta tersebut, kata dia, terlihat dalam kasus Kampung Pulo dan Bukit Duri.

Sebelumnya, hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan bahwa di pemilih non-Muslim, Ahok-Djarot unggul telak yakni 92,90 persen. Dukungan terhadap Agus-Sylvi dan Anies-Sandi hanya masing-masing 3,60 persen. Ubedilah mengatakan hasil survei LSI tidak sepenuhnya valid jika metodologinya merupakan mix methode dengan deep interview terhadap korban penggusuran.

Sementara itu, pemilih Muslim cenderung terbelah karena ada dua pasang kandidat Muslim. Ketua Laboratorium Sosiologi UNJ ini mengatakan pemilih Muslim akan menjatuhkan pilihan kepada kandidat yang tidak hanya Muslim tetapi juga dengan dasar etnisitas dan kapasitas calon gubernur dan wakil gubernur.

"Kemungkinannya pemilih Muslim dengan etnis sebagian Jawa dan Betawi akan cenderung memilih Agus-Silvy, sementara pemilih Muslim dengan etnis sebagian Jawa, Arab, Sunda dan sebagian Betawi akan cenderung memilih Anies-Sandi," ujarnya.

Oleh karena itu, kata dia, kontestasi pada putaran pertama akan terjadi secara ketat. Meski Ahok menurut survei LSI terakhir elektabilitasnya mengalami kenaikan, namun Ubedilah melihat Ahok sangat berat masuk ke putaran kedua. Pasalnya 65 persen warga DKI tidak suka dipimpin oleh gubernur tersangka dan 64,7 persen warga menyebut Ahok bersalah dalam kasus Al Maidah ayat 51.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement