Rabu 14 Dec 2016 18:41 WIB

LSI: Permintaan Maaf Ahok Sulit Naikkan Elektabilitas

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bayu Hermawan
Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok (tengah).
Foto: Antara/Reno Esnir
Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan elektabilitas pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat mengalami peningkatan dari November ke Desember 2016. Salah satu hal penyebabnya, karena Ahok telah meminta maaf dalam kasus Al Maidah ayat 51.

"Ini pertama kalinya Ahok-Djarot rebound," ujar peneliti LSI Adjie Alfaraby saat konferensi pers di kantor LSI, Jakarta, Rabu (14/12).

Berdasarkan survei LSI, sejak Maret hingga November elektabilitas Ahok-Djarot terus merosot, yakni 59,3 persen pada Maret, lalu menurun pada Juli menjadi 49,1 persen, Oktober 31,4 persen, dan November 24,6 persen. Namun elektabilitas tersebut sedikit naik di Desember.

LSI melihat ada tiga alasan elektabilitas Ahok naik. Pertama, karena Ahok berubah sikap. "Ahok terlihat lebih low profile dan menghindari bicara yang kesannya arogan, kasar, dan kontroversi," kata Adjie.

Kedua, permintaan maaf Ahok yang disampaikan berulang-ulang mulai diterima publik, yakni terkait kasus Al Maidah ayat 51. Salah satunya lewat videonya bersama Nusron Wahid. Ketiga, sebagian pemilih menilai Ahok hanyalah korban politisasi agama.

Meski elektabilitasnya naik, namun menurut Adjie hal itu belum cukup untuk membuat Ahok kembali ke posisi nomor 1 dalam dukungan publik. Hal ini, kata dia, terjadi karena dua alasan.

Pertama, karena status Ahok sebagai tersangka. Sebesar 65,0 persen responden menyatakan tidak bersedia dipimpin oleh gubernur berstatus tersangka. Kedua, karena masalah penistaan agama yang melukai mayoritas pemilih Muslim. Sebesar 64,7 persen menyatakan Ahok bersalah dalam kasus Al Maidah ayat 51.

Pemilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta tinggal 63 hari lagi. Adjie mengatakan dengan elektabilitas masing-masing pasangan calon yang tidak berbeda jauh dan pemilih yang belum memutuskan (undecided voters) masih cukup besar (15 persen), maka posisi dan elektabilitas calon masih mungkin berubah.

Menurutnya, perubahan atau stagnasi elektabilitas masing-masing calon sangat tergantung pada manuver masing-masing pasangan calon. Persidangan kasus dugaan penistaan agama yang sudah dimulai dinilai akan menentukan apakah Ahok akan terlempar di putaran pertama atau lolos di putaran kedua.

Namun dua hal diasumsikan. Pertama, kata Adjie, jika sentimen ingin gubernur baru tak berkurang dari 60 persen maka Ahok akan tersingkir di putaran pertama atau kedua. "Kedua, jika Agus-Sylvi tetap menjaga loyalitas pendukungnya, apalagi tren menaiknya stabil maka pasangan tersebut menjadi peserta pertama yang lolos ke putaran kedua," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement