Selasa 13 Dec 2016 15:39 WIB

PGI: Kesenjangan Sosial Pemicu Utama Intoleransi

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nidia Zuraya
Sikap penuh toleransi terhadap agama lain merupakan hal esensial dalam kehidupan.
Foto: dok Republika
Sikap penuh toleransi terhadap agama lain merupakan hal esensial dalam kehidupan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa tindakan yang mencerminkan sikap intoleransi terjadi belakangan ini. Menurut ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Albertus Patty, hal itu menunjukkan rasa saling percaya antarumat beragama sedang mengalami ujian yang berat.

"Saya sangat sesalkan berbagai peristiwa intoleransi intra dan antarumat beragama yang berkembang di Indonesia," kata dia dalam pesan singkatnya kepada Republika, Selasa (13/12).

Albertus menambahkan, ujian itu berupa apakah para penganut agama tampil sebagai elemen yang memperkuat bangsa, atau justru sebaliknya. Jawaban atas pertanyaan semacam ini, menurutnya, amat menentukan bagi kedamaian kolektif dan generasi mendatang.

"Saya percaya bahwa persoalan utama kita ada pada kesenjangan sosial ekonomi yang sedang melanda dunia. Tetapi, saya juga menduga bahwa bisa saja faktor politik yang memainkan isu agama demi kepentingan kekuasaan," papar dia.

Albertus menuturkan, Indonesia terancam menjadi negara yang koyak, seperti Irak, Suriah, Sudan atau Nigeria, bila sampai penganut agama-agama tidak mengutamakan perdamaian. Menurutnya, Indonesia saat ini sedang diadu domba, seperti yang pernah terjadi di Libya dan Suriah.

Di sinilah, kata dia, kaum terpelajar diminta untuk kritis terhadap segala upaya memecah belah Indonesia. Khususnya, yang cukup marak melalui jaringan media sosial. "Kita, terutama para pemimpin agama, harus semakin banyak menjalin komunikasi, sekaligus bersinergi dalam menghadapi persoalan apa pun, terutama kesenjangan sosial ekonomi," jelas dia.

Lebih lanjut Albertus menuturkan, kesenjangan sosial dan ekonomi merupakan persoalan bersama, bukan sektoral agama tertentu saja. Karenanya, ia menilai penting adanya sinergi dan kerja sama antarumat beragama di Indonesia. "Saling bersinergi untuk mengingatkan agar kebijakan sosial politik dan ekonomi dilakukan dalam spirit keadilan dan dalam semangat egalitarian," tutur Albertus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement