Rabu 21 Feb 2018 13:31 WIB

DPRD Jatim Rancang Raperda Pencegahan Intoleransi

Raperda ini untuk menjaga harmonisasi antarumat beragama di Jawa Timur.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ratna Puspita
Toleransi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Toleransi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa timur membentuk rancangan peraturan daerah (Raperda) pencegahan intoleransi antarumat beragama. Ketua Badan Pembuat Rancangan Peraturan Daerah (Baperda) DPRD Jatim Achmad Heri mengatakan, raperda ini dirancang untuk menjaga harmonisasi antarumat beragama.

"Hal ini bertujuan untuk pencegahan, dan menanggulangi jika terjadi intoleransi. Masyarakat berhak mendapat jaminan toleransi antar umat beragama, sehingga Raperda segera dibahas dengan menghadirkan pemuka agama, kata Achmad di Surabaya, Rabu (21/2).

Politikus Nasdem itu berharap, isu penganiayaan terhadap kiai dan perusakan tempat ibdah di Jatim tidak lantas membuat masyarakat terprovokasi. Achmad juga mengimbau masyarakt untuk tetap waspada terhadap upaya-upaya yang dilakukan golongan tertentu untuk membuat Jatim terasa tak aman.

“Kami juga berharap masyarakat tidak mudah terprovokasi tapi tetap waspada terhadap upaya-upaya yang ingin membuat Jatim tidak aman,” ujar Achmad.

Ketua Komisi A DPRD Jatim Freddy Poernomo membenarkan saat ini DPRD Jatim sedang menggagas dan membahas Raperda tentang Pencegahan Intolerensi Antarumat Beragama. Harapannya, dengan adanya perda, harmonisasi antarumat beragama di Jatim bisa terjaga, dan masyarakat mendapat jaminan toleransi antar umat beragama.

Menurutnya, raperda ini juga untuk memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Apalagi Jatim merupakan provinsi yang masyarakatnya majemuk dan heterogen.

"Toleransi dan keberagamaan harus ditingkatkan tanpa melihat latarbelakang SARA. Saling menghormati dan menjaga kebhienekaan itu untuk meneruskan pembangunan di Jatim,” ujar Politikus Golkar tersebut.

Gubernur Jawa Timur Soekarwo berpendapat, nuasana aman dan nyaman menjadi bagian penting dalam pembangunan di Jatim. Alasannya, keduanya  merupakan suatu proses awal untuk melakukan pembangunan. 

“Jika suasana aman dan nyaman tercapai maka pembangunan berjalan lancar. Imbasnya, masyarakat makin meningkat kesejahteraannya, investor pun tertarik berinvestasi di Jatim,” ujar Soekarwo.

Pria yang akrab disapa Pakde Karwo itu juga menyatakan, suasana aman dan nyaman mampu menciptakan semua peningkatan di Jatim. Baik pembangunan bidang sosial, ekonomi, hukum, maupun politik.

Soekarwo menambahkan, kondisi aman dan nyaman tersebut telah mewujudkan tercapainya pembangunan ekonomi Jatim, yang mampu tumbuh sebesar 5,45 persen tahun 2017. Artinya, pertumbuhan ekonomi tersebut berada di atas rata-rata nasional yang hanya mencapai 4,04 persen.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement