Selasa 13 Dec 2016 12:00 WIB

Korban Tewas Gempa Aceh Bertambah Jadi 102

Rep: Muhyiddin/ Red: Israr Itah
Warga korban gempa mengungsi di Masjid At Taqwa, Merdu, Pidie Jaya, NAD.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Warga korban gempa mengungsi di Masjid At Taqwa, Merdu, Pidie Jaya, NAD.

REPUBLIKA.CO.ID, PIDIE JAYA -- Tim SAR terus melakukan pencarian dan penyelamatan korban gempa bumi 6,5 SR di Aceh selama masa tanggap darurat. Tim SAR menemukan kembali satu korban meninggal atas nama Devi Srijalani (22 tahun) di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh pada Senin (12/12) siang.

Dengan demikian jumlah korban meninggal dunia akibat gempa Aceh adalah 102 orang dengan rincian 96 korban ditemukan di Pidie Jaya, empat orang di Pidie, dan dua orang di Bireuen. Adapun korban luka-luka mencapai 857 orang dan jumlah pengungsi sudah tembus menjadi 83.838 orang  yang tersebar di 124 titik. 

Fokus utama tim SAR saat ini masih membantu membersihkan puing-puing bangunan. Pantauan Republika.co.id di Pidie Jaya pada Selasa (13/12) pagi, juga tampak puluhan TNI yang membersihkankan puing-puing Masjid Jami' Quba Pangwa, Trienggadeng, Pidie Jaya. Begitu juga beberapa beko juga tampak dikerahkan untuk meratakan rumah warga yang rusak.

Sebanyak 4.836 personel dari kementerian, lembaga, TNI, Polri, pemda, relawan, NGO, organisasi masyarakat dan lainnya masih melakukan penanganan darurat. Pemerintah Pusat mendampingi pemerintah daerah, baik dana, logistik, peralatan, manajerial dan tertib admistrasi. 

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, hingga saat ini bantuan masih terus berdatangan ke posko utama. Sementara, kata dia, terkait bertambahnya jumlah pengungsi disebabkan masih seringnya gempa susulan.  

"BMKG mendata sudah 88 kali gempa susulan. Masyarakat takut dan khawatir adanya guncangan sehingga merasa nyaman di pengungsian," ujar Sutopo dalam siaran persnya, Selasa (13/12).

Masalah penyediaan air bersih belum semuanya melayani titik pengungsian dengan baik. Kondisi sumur banyak yang kering dan dangkal pasca gempa. Jika pun ada, menurut Autopo, airnya keruh sehingga tidak dapat dikonsumsi.

"Trauma healing, kegiatan psikososial, dan pelayanan kesehatan dilakukan kepada pengungsi. Klaster nasional penanganan pengungsi, klaster kesehatan, dan klaster logistik terus melayani pengungsi," jelasnya.

Sutopo menambahkan, di posko-posko pengungsian saat ini tetap masih membutuhkan kebutuhan-kebutuhan mendesak dari berbagai pihak.

"Kebutuhan mendesak sandang dan pangan, MCK, air bersih, relawan, tenda dan shelter, kebutuhan bayi, sarung, mukena dan lainnya. Posko utama terus menyalurkan bantuan ke pengungsi," kata Sutopo.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement