Jumat 09 Dec 2016 21:58 WIB

Hidup Kembali Bergeliat di Pidie Jaya

Rep: Issha Harruma/ Red: Ilham
 Foto aerial evakuasi di reruntuhan ruko di Pasar Meureudu, Pidie Jaya, NAD, Kamis (8/12).
Foto:

Hal senada disampaikan Fadli (36 tahun). Pengunjung salah satu warkop di Jl Iskandar Muda, Meureudu ini mengaku rindu nongkrong di warkop langganannya saat tutup Rabu dan Kamis kemarin. Setiap hari, dia memang selalu meminum kopi di warkop tersebut. "Biasa aja, kalau ada gempa lari," kata Fadli.

Saat ditemui Republika.cp.id, Fadli sedang duduk bersama dua temannya. Mereka tampak mengobrol santai sembari ditemani kopi hitam dan rokok. "Insya Allah nggak ada apa-apa lah. Rindu juga kalau nggak ngopi di sini," ujar dia.

Salah seorang pemilik warkop lain di Jl Iskandar Muda, Rusli mengaku sedikit khawatir untuk kembali membuka warkopnya yang berada di ruko berlantai dua. Namun, atas nama mencari nafkah, warkopnya telah kembali dibuka sejak Kamis kemarin.

"Takut juga, jantung ini deg-degan terus. Kayaknya harus minum air putih pakai gula biar jantung kuat. Tapi namanya cari rezeki kan," kata Rusli sembari tertawa.

Laki-laki berusia 52 tahun ini mengakui jika pengunjungnya memang berkurang pascagempa. Hal ini pun membuat jam operasional warkopnya menjadi lebih singkat. Jika sebelumnya warkop Rusli buka sejak pukul 06.00 WIB hingga 16.00 WIB, sekarang hanya sampai pukul 14.00 WIB. "Memang agak kurang yang datang. Langganan ngungsi semua. Orang baru semua ini," ujar dia.

Selain warkop, deretan toko di Meureudu juga telah kembali melayani pembeli. Di ibu kota Pidie Jaya inilah, banyak ruko yang roboh dan menimpa penghuninya.

Salah seorang pemilik toko ponsel di Jl Iskandar Muda, Meureudu, Muliadi Awahap (38) mengaku sedikit khawatir membuka tokonya yang berlantai dua. Namun, dengan sedikit terpaksa, dia tetap harus berjualan.

"Takut ada, tapi namanya cari rezeki, apalagi masih ada tunggakan, tagihan. Jadi tetap harus cari uang. Kalau gempa, tinggal lari kita ke luar," ujar dia.

Berbagai ponsel dan perlengkapannya masih berserakan di dalam etalase saat Republika.co.id menemui Muliadi. Dia pun sesekali tampak keluar dari dalam tokonya. "Antisipasi aja. Tutupnya juga biasanya malam, jadi sampai sore aja," ujar warga kecamatan Ulim ini.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement