Jumat 09 Dec 2016 21:58 WIB

Hidup Kembali Bergeliat di Pidie Jaya

Rep: Issha Harruma/ Red: Ilham
 Foto aerial evakuasi di reruntuhan ruko di Pasar Meureudu, Pidie Jaya, NAD, Kamis (8/12).
Foto: Republika/ Wihdan
Foto aerial evakuasi di reruntuhan ruko di Pasar Meureudu, Pidie Jaya, NAD, Kamis (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, PIDIE JAYA -- Dua hari pascagempa 6,5 SR, Rabu (7/12) lalu, aktivitas warga Pidie Jaya, Aceh mulai kembali bergeliat. Toko-toko hingga rumah makan di kabupaten ini mulai dibuka.

Tempat-tempat nongkrong pun mulai dipenuhi mereka yang sekadar bersantai ataupun warga luar kota yang datang menengok keadaan keluarganya. Aktivitas warga ini mulai hidup lagi seiring listrik yang telah kembali menyala.

Jika mengingat kembali saat hari terjadinya gempa Rabu lalu, suasana di kabupaten ini sangat berbeda jauh. Sehari pascagempa besar pertama terjadi, Pidie Jaya tampak seperti kota mati. Ruko-ruko yang berjajar hampir di sepanjang Jalan Timur Sumatera tutup. Begitu juga dengan yang ada di jalan-jalan protokol kabupaten ini.

Etalase makanan yang berada di luar tampak dibiarkan begitu saja. Tomat, timun, dan berbagai sayur bahan makanan lain berserakan di dalamnya. Pasar-pasar pun kosong, tak ada yang berjualan. Warga kesulitan mendapatkan makanan.

Tak hanya makanan, kebutuhan akan daya listrik juga terganggu dengan padamnya aliran listrik pascagempa. Mereka yang ingin mengisi daya ponsel atau peralatan elektronik lain harus menumpang di SPBU atau tempat-tempat yang menggunakan genset.

Namun, kondisi itu mulai berubah. Hari ini, Jumat (9/12), aktivitas warga telah mulai kembali normal seiring dengan kembali menyalanya listrik Kamis kemarin. Toko-toko mulai dibuka. Tempat makan pun mulai dipenuhi warga, termasuk tempat nongkrong.

Warung kopi (warkop) yang sangat banyak berdiri di Pidie Jaya mulai melayani para peminum kopi. Pengunjung pun tampak mulai memenuhi warkop-warkop tersebut.

Salah seorang pengunjung warkop di Jalan Tgk Syik Pante Geulima Meureudu, Marzuki mengaku gempa besar yang terjadi Rabu subuh tidak memengaruhi hobinya untuk meminum kopi di warkop. Laki-laki berusia 42 tahun ini mengklaim diri sebagai penyuka kopi. Hampir setiap sore, dia meminum kopi di warkop dekat rumahnya itu.

"Kalau kira-kira gempa, tinggal lari ke luar. Makanya milih di luar, nggak di dalam duduknya," kata Marzuki.

Marzuki mengakui jika dia memang merasa sedikit khawatir. Apalagi, warkop langganannya merupakan toko berlantai dua. "Agak was-was juga pascakejadian gempa kemarin. Tapi, ya sudah lah, Bismillah aja," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement