Jumat 09 Dec 2016 20:01 WIB

Anies: Berantas Korupsi tak Sekadar Bentak-Bentak

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Bayu Hermawan
Calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta nomor urut tiga Anies Baswedan berpidato saat menghadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad dan Haul Pendiri Yayasan Addiniyah Attahariyah di Yayasan Addiniyah Attahariyah, Jakarta, Minggu (4/12).
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta nomor urut tiga Anies Baswedan berpidato saat menghadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad dan Haul Pendiri Yayasan Addiniyah Attahariyah di Yayasan Addiniyah Attahariyah, Jakarta, Minggu (4/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berjanji akan membersihkan DKI Jakarta dari praktik korupsi. Salah satu cara yang ia lakukan adalah menerapkan pendidikan berintegritas dalam rangka mewujudkan Ibu Kota yang bebas dari korupsi.

"Kami akan menjadikan Jakarta sebagai contoh kota berintegritas yang dimulai dari pendidikan berintegritas," kata dia saat orasi memperingati Hari Antikorupsi 9 Desember di Posko Pemenangan Anies-Sandi di Cicurug, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (9/12).

Dalam keterangan tertulisnya itu, Anies mengatakan, ada tiga cara yang akan dilakukan untuk mewujudkannya. Pertama, kata dia, membangun sistem yang transparan dan akuntabel serta bisa diakses kapan pun, di mana pun, dan oleh siapa pun. Ia yakin, jika itu diwujudkan, korupsi sampai tingkat yang paling kecil akan hilang.

"Jadi berantas korupsi bukan sekadar bentak-bentak," ujarnya.

Kedua, lanjut mantan Komite Etik KPK ini, adalah dengan cara memberikan akses yang seluas-luasnya kepada publik untuk turut berpartisipasi. Dan ketiga, kata dia, menceritakan praktik-praktik antikorupsi.

Anies menceritakan, ketika masih menjabat sebagai mendikbud, ada aset berupa piano kuno tak terawat yang tutsnya berbahan gading gajah di kementerian yang dipimpinnya tersebut. Karena rusak, seorang pegawai Kemendikbud membawanya ke tempat service untuk diperbaiki.

Pegawai non-PNS itu lantas bertemu seorang kolektor dan tertarik memiliki piano tersebut. Sang kolektor bahkan berani menggantinya dengan model yang sama dan membayar Rp 2 miliar. Namun, ditolak oleh pegawai tersebut.

"Saya nggak bisa, karena bukan punya saya," kata Anies menirukan ucapan anak buahnya.

Menurutnya, cerita-cerita seperti itu sangat penting untuk disampaikan ke publik. Perilaku antikorupsi seperti itu akan menginspirasi dan menular ke semua orang. Dia yakin, masih banyak orang baik dan antikorupsi di Indonesia.

"Karena kita sering kali kalau ada kejahatan korupsi, ceritanya diulang-ulang. Tapi, kalau baik, enggak diceritakan berulang-ulang," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement