Jumat 09 Dec 2016 16:31 WIB

Takut Gempa Susulan, Pengantin Baru Bulan Madu di Pengungsian

Rep: Muhyiddin/ Red: Bayu Hermawan
Warga yang berada di tempat pengungsian Pidie Jaya, NAD, Kamis (8/12).
Foto: Republika/ Wihdan
Warga yang berada di tempat pengungsian Pidie Jaya, NAD, Kamis (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, PIDIE JAYA -- Salah satu warga terdampak bencana gempa bumi, Iwan Gunawan (29 tahun) terpaksa angkat kaki dari rumahnya yang berada di Desa Buangan, Kecamatan Meurah Dua, Kabupaten Pidie Jaya. Pasalnya, ia masih takut terjadi tsunami yang pernah terjadi di Banda Aceh pada 2014.

"Kita ingat tsunami terus, kita khawatir juga ada informasi gempa susulan juga," ujar Iwan saat berbincang dengan Republika.co.id di Posko Pengungsian yang berada di Masjid Al-Munawwarah, Meurah Dua, Pidie Jaya, Jumat (9/12).

Atas musibah tersebut, Ia pun mengaku terpaksa berbulan madu di pengungsian. Pasalnya, ia barus saja menikahi seorang perempuan bernama Juliana (26) pada 28 November lalu.

"Ini kami bulan madu di sini Bang, baru nikah 28 November kemarin," ucapnya.

Ia merasa pasrah dengan situasi alam di Pidie Jaya saat ini. Pasalnya, di hari ketiga pasca gempa berkekuatan 6,4 skala richter tersebut masih kerap terjadi gempa susulan. Setidaknya, hari ini ada empat kali gempa susulan yang terjadi di Kabupaten Pidie Jaya.

"Ya mau gimana lagi namanya juga musibah kan," katanya.

Ia menambahkan, gempa yang terjadi pada Rabu (7/12) kemarin tersebut lebih terasa goncangannya dibandingkan Tsunami 2004 silam. Pasalnya, Pusat gempa kali ini berpusat di Kabupaten Pidie Jaya.

"Walaupun dibilang berskala richter 6,4 tapi rasanya lebih dari pada yang hari tsunami itu, tsunami itu kan delapan koma kan," jelasnya.

Iwan kemudian menceritakan saat gempa menguncang pada 7 Desember lalu. Ia mengungkapkan gempa bumi itu terjadi sebelum waktu shalat subuh. Menurutnya, penduduk Desa buangan saat ini telah mengungsi semua lantaran menjadi pusat gempa. Bahkan, kata dia, setelah gempa itu mengguncang rumah penduduk sempat keluar pasir hitam dari tanah yang retak.

"Itu kalau kondisi di sana pas gempa itu keluar air dari tanah itu. Dari celah-celah yang retak itu sampai keluar pasir hitam, nyembur. Banyak titik yang kayak gitu, jalan semua terbelah," katanya.

Karena itu, ia kini harus mengungsi bersama ribuan warga lainnya. Namun, menurut dia, di pengungsian yang KINI ditempatinya tersebut masih banyak kekurangan.

"Kalau banyak kekurangan di sini, MCK tidak ada, air bersih, fasilitas mandi kita bilang kan. Harapan kami Dinkes itu juga stand by di sini, soalnya ada yang mengeluh mau berobat tapi tak stand by, karena ada yang butuh medis," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement