REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Indonesia mendorong Myanmar untuk mengadakan dialog antar agama (interfaith dialogue) dalam menyelesaikan permasalahan di Rakhine, bagian utara Myanmar. Hal ini mengingat, masyarakat Myanmar merupakan masyarakat majemuk seperti juga Indonesia.
"Kerja sama yang akan ditekankan ke depan adalah dalam koteks dialog antar agama (interfaith dialogue)," kata Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi usai pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Suriname Niermala Badrising di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Rabu malam.
"Kita melihat Myanmar sangat majemuk, sangat plural demikian juga Indonesia merupakan sebuah bangsa dengan masyarakat yang sangat plural," tambahnya.
Retno sudah berbicara dengan organisasi Muslim dan Budha untuk meningkatkan kerjasama di bidang itu. Bahkan, State Counsellor sangat mengapresiasi peran yang ingin dimainkan Indonesia untuk membantu menyelesaikan masalah di Rakhine.
Selain itu, pihaknya siap memperkuat kerja sama dengan Myanmar dalam bidang pembangunan kapasitas untuk penghormatan Hak Asasi Manusia dan bidang demokrasi. "Ini sebetulnya sebuah kelanjutan dari kerjasama yang sudah kita lakukan cukup lama dengan Myanmar, karena dalam konteks Bali Democracy Forum, terutama kerja sama melalui institute peace and democracy, beberapa program memang kita berikan atau kita rancang untuk bekerjasama dengan Myanmar," kata dia.
Pertemuan dengan State Counsellor Myanmar Aung San Suu Kyi pada Selasa (6/12), lanjut dia, adalah komitmen dari kelanjutan kerja sama di bidang demokrasi, tata kelola pemerintahan yang baik, serta penghormatan terhadap hak asasi manusia. Indonesia menyampaikan kembali perhatiannya terhadap permasalahan yang terjadi di Rakhine dalam pertemuan tersebut.
"Indonesia mengharapkan kiranya kondisi di Rakhine State bisa dikembalikan dengan mepertimbangkan masalah perlindungan dan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia untuk semua masyarakat yang ada di Rakhine State, termasuk masyarakat Muslim yang tinggal di sana," ujar dia.