Senin 05 Dec 2016 15:46 WIB

32 Warga Purwakarta Terpapar Difteri

Rep: Ita Nina Winarsih / Red: Andi Nur Aminah
Seorang bocah mendapatkan vaksin DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus) tambahan saat vaksin difteri massal berbagai usia di Desa Plandi, Jombang, Jawa Timur.
Foto: Antara
Seorang bocah mendapatkan vaksin DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus) tambahan saat vaksin difteri massal berbagai usia di Desa Plandi, Jombang, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Sebanyak 32 warga Kabupaten Purwakarta, mendapat perawatan intensif di RSUD Bayu Asih. Mereka, terinfeksi penyakit difteri. Bahkan, dari 32 pasien itu 50 persennya dinyatakan positif mengidap penyakit mematikan tersebut.

Wakil Direktur RSUD Bayu Asih, Deni Darmawan, mengatakan, dari 32 pasien itu tiga di antaranya petugas kesehatan. Mereka, merupakan petugas dari Puskesmas Jatiluhur, Puskesmas kota dan Puskesmas Mulyamekar. 

"Pasien tersebut, harus dirawat minimalnya 10 hari," ujar Deni, kepada Republika.co.id, Senin (5/12). 

Selain petugas kesehatan, Dedi mengatakan, pasien lainnya merupakan warga biasa. Mayoritas, mereka penduduk Desa Cisalada, Kecamatan Jatiluhur. Pasien tersebut, dirawat di ruangan khusus. Untuk sementara mereka dilarang kontak dengan warga lainnya.

Penyebaran penyakit ini sangat cepat, salah satunya, bisa melalui udara. Karenanya, perawatan terhadap pasien difteri ini berbeda dengan pasien lainnya.

Sementara itu, Kasi Pencegahan dan Pengamatan Penyakit Dinas Kesehatan Purwakarta, Irwan Permadi, mengatakan, penyebaran difteri ini berasal dari salah satu kampung di Desa Cisalada, Kecamatan Jatiluhur. Saat ini, kasus difteri statusnya menjadi kejadian luar biasa (KLB). Apalagi, warga yang terifeksinya mencapai puluhan jiwa. "Penyebaran penyakit ini sangat cepat," ujarnya.

Termasuk tiga petugas puskemas yang terkena difteri. Petugas itu, sepertinya terinfeksi saat ikut turun ke lokasi. Mereka, sepertinya tidak memakai alat pelindung yang dianjurkan. Makanya, ketiga petugas itu positif terinfeksi.

Menurut Irwan, dengan mewabahnya penyakit ini, maka pihaknya meningkatkan pengawasan. Terutama, warga yang tadinya positif difteri, mobilitasnya terus diawasi. Akan tetapi, untuk melakukan isolasi di wilayah yang endemis itu sepertinya akan susah. Sebab, hal itu menyangkut aktivitas warga.

Untuk mencegah penularan difteri, pihaknya mengimbau ke masyarakat supaya berhati-hati. Terutama, bila kontak langsung dengan warga yang positif. Jika sudah kontak langsung, disarankan warga harus meminum obat secara terus menerus selama 10 hari. Kalau sudah ada gejala fisik, maka segera diperiksakan ke dokter terdekat.

"Gejala munculnya difteri, yaitu demam, meriang, ada pembengkakan di bagian leher, serta di tenggorokan terlihat ada bercak-bercak putih," ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement