Selasa 29 Nov 2016 22:46 WIB

Pengamat: Ada Usaha Mengeboskan Golkar di Pemilu 2019

Rep: Lintar Satria/ Red: Bayu Hermawan
 Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Harmonis melihat ada kekuatan eksternal yang mendorong Setya Novanto kembali menjadi Ketua DPR RI. Menurutnya ada usaha untuk menyerap suara Golkar pada pemilu 2019.

Karena, kata Harmonis, Golkar sudah mempertaruhkan nama besarnya untuk Setya Novanto yang sudah pernah bermasalah. Pengembalian jabat ini tentu akan mempengaruhi citra Golkar.  "Saya katakan ada usaha mengeboskan Golkar pada 2019," katanya, Selasa (29/11).

Harmonis merekam pernyataan Setya Novanto yang menyatakan tidak akan kembali menduduki kursi Ketua DPR di Munas Nasional Luar Biasa Golkar di Bali. Namun melihat kenyataannya Setya Novanto kembali menjadi Ketua DPR, Harmonis melihat akan ada kelompok yang diuntungkan.

Menurut Harmonis kompetitor-kompetitor Golkar tentu akan diuntungkan dengan masuknya kembali Setya Novanto ke DPR. Karena masyarakat akan melihat ketua umum Golkar dan Ketua DPR sebagai orang yang pernah punya masalah. Dengan begitu tentu akan menghilangkan suara Golkar.

"Tentu ada faktor lain seperti masing-masing Caleg, tapi kan orang melihat juga gerbongnya siapa, melihat kepalanya bermasalah," ujarnya.

Hal ini juga terlihat ketika beberapa Dewan Pembina sempat tidak menyetujui hasil Rapat Pleno 21 November tersebut. Namun kelompok Setya Novanto cukup kuat sehingga akhirnya menyetujui pengembalian jabatan Ketua DPR dari Ade Komarudin ke Setya Novanto. 

Selain itu kekuatan Setya Novanto juga semakin kuat di Golkar. Terbukti ketika ia memecat kader lama seperti Fadel Muhammad. Namun Harmonis yakin Setya Novanto tidak sendiri ada orang-orang dibelakangnya.

"Seperti Yorrys (Raweyai) orang sudah tahu karakter Yorrys yang all out," katanya.

Ade Komaruddin yang menurut Harmonis kinerjanya cukup baik pun tidak mendapat dukungan dari DPR. Pemimpinan-pimpinan DPR lainnya tidak membela Ade. Menurut Harmonis ada kemungkinan banyak kelompok di DPR yang merasa terancam dengan Ade.

"Fadli Zon tidak ada komentar, Fahri Hamzah yang vokal juga tidak ada," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement