Senin 28 Nov 2016 11:13 WIB

Legislator: Jangan Berlebihan Menanggapi Aksi 2 Desember

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Bayu Hermawan
Aksi bela Alquran yang sudah dilakukan massa pada 4 November 2016 diprediksi masih bisa terjadi lagi jika pemerintah abai dengan keinginan masyarakat.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Aksi bela Alquran yang sudah dilakukan massa pada 4 November 2016 diprediksi masih bisa terjadi lagi jika pemerintah abai dengan keinginan masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah diminta untuk lebih mampu menyejukan kondisi di masyarakat di tengah-tengah memanasnya politik saat ini. Menurut Anggota DPR RI asal daerah pemilihan Kota Bandung dan Cimahi Ledia Hanifa, hal ini penting agar persoalan yang ada tidak semakin berdampak negatif terhadap kehidupan bernegara.

Ledia menilai, informasi yang selama ini disampaikan pemerintah dan aparat penegak hukum cenderung menakut-nakuti masyarakat. Adanya ancaman disintegrasi bangsa yang dilemparkan ke publik tidak seharusnya dilakukan.

Ledia pun memastikan, kebinekaan merupakan suatu keniscayaan bagi Indonesia. Berbagai perbedaan yang ada, bukan menjadi alasan untuk terjadinya perpecahan. Karena, selama ini, kondisi persatuan dan kesatuan bangsa masih terjaga sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Itu luar biasa. Selama ini tidak ada permasalahan," ujar Ledia kepada wartawan di Bandung, Ahad petang (27/11).

Menurut Ledia, aksi unjuk rasa ke Jakarta pada 2 Desember mendatang merupakan hal biasa. "Justru itu bentuk kedewasaan masyarakat, mereka menyatakan pendapatnya. Bukan berarti akan anarkis," katanya.

Sementara di tempat terpisah, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil (Emil) mengatakan, penjagaan kondusivitas keamanan di wilayahnya akan terus ditingkatkan. Secara keseluruhan, sebagai daerah yang banyak diminati wisatawan, keamanan di Bandung Raya harus ditingkatkan.

"Maka dari itu kita perlu peningkatan keamanan," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.

Menurut Emil, pihaknya pun terus menjalin koordinasi dengan TNI dan Kepolisian terkait pengarahan keamanan ke warga. Karena, persatuan dan kesatuan mendapat banyak tantangan dalam setiap waktunya. Berbagai provokasi ke masyarakat tidak pernah henti terlebih di era kemudahan teknologi informasi seperti saat ini.

Dengan begitu, kata dia, perlu usaha dan kerja keras dari setiap anak bangsa untuk menjaga keutuhan NKRI ini. "Dan ingat sila ketiga, perkuat dalam hati, yaitu Persatuan Indonesia. Sebagai negara ber-Pancasila, kita tidak boleh terprovokasi oleh hal apa pun," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement