Senin 28 Nov 2016 09:09 WIB

Bus tak Kunjung Diperoleh, Umat Islam Ciamis Pilih Aksi Jalan Kaki

Rep: rizky suryandika/ Red: Damanhuri Zuhri
Massa peserta aksi jalan kaki di Ciamis mulai bergerak pada Senin, (28/11) siang. Mereka menuntut penangkapan terhadap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Foto: Republika/Rizky Suryarandika
Massa peserta aksi jalan kaki di Ciamis mulai bergerak pada Senin, (28/11) siang. Mereka menuntut penangkapan terhadap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Ulama Ciamis KH Nonop Hanafi mengatakan umat Islam akan menggelar aksi jalan kaki ke Jakarta mulai Senin, (27/11) guna mengikuti Aksi Bela Islam 2 Desember mendatang. Aksi tersebut menyusul dipersulitnya massa untuk memperoleh transportasi berupa bus menuju Jakarta.

Ia mengatakan awalnya ingin memesan sekitar 50 bus untuk memberangkatkan massa ke Jakarta. Tetapi pihak pengelola bus urung menyetujui. Ia menuding hal itu lantaran adanya tekanan pihak tertentu agar tak menyewakan bus bagi para peserta aksi 2 Desember. Bahkan ia merasa ada pengelola bus yang sampai diancam pencabutan izin usaha.

"Kami ngontak PO bus semua pada bilang enggak. Sementara umat Islam yang ingin berangkat tak bisa tersalurkan makanya kami ambil langkah jalan kaki ke Jakarta ini sebagai bentuk solidaritas, panggilan hati nurani sebagai Muslim," katanya pada Republika.

Pimpinan Ponpes Miftahul Huda 2 itu membantah tudingan muatan politis dalam aksi bela Islam kali ini. Pasalnya, ia menyatakan Ahok seharusnya dipenjara setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penistaan agama. Tetapi faktanya saat ini Ahok tak ditahan, ia merasa ada ketidakadilan. Ia pun menyimpulkan ada perbedaan perlakuan di depan hukum.

"Yang jadi masalahnya, ada ketidakadilan hukum usik masyarakat, dulu yurisprodensinya pernah terjadi Lia Eden dan Arswendo masuk penjara karena penistaan agama langsung masuk penjara. Ahok kok keliatan masyarakat ada ketidakadilan, sumbu masalahnya kalau dikenakan hukum yang sama maka tak akan nuntut," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement