REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Poltracking Indonesia merilis hasil temuan terbarunya terkait tiga kandidat Gubernur DKI Jakarta. Hasilnya elektabilitas pasangan pejawat DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat anjlok. Aggota tim sukses Ahok, Ansy Lema menganggap hasil itu terpengaruh oleh aksi bela Islam II pada Jumat (4/11) silam, yang dianggapnya menyudutkan Ahok.
Meski demikian, Ansy menyatakan pihaknya mengapresiasi hasil-hasil survei. Apalagi metodologi yang digunakannya dapat dipertanggungjawabkan, serta lembaga surveinya juga memiliki kredibilitas yang tidak diragukan. Hasil survei ini, kata dia, akan dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk mengembalikan elektabilitas pasangan nomor urut dua tersebut. “Kami fine-fine saja, dunia tidak menjadi kiamat. Apalagi selisih angka juga tipis dengan menyisakan waktu yang cukup banyak,” ujar Ansy di sela-sela pemaparan hasil survei, di Sofyan Hotels, Jakarta, Ahad (27/11)
Menurut Ansy, hasil survei ini masih diperbaiki lagi pada sisa waktu, sekitar tiga bulan ke depan. Hal ini karena dalam membaca hasil survei ini perlu menangkap konteks di balik ini. Konteks ini selalu terkait dengan waktu pelaksaan survei dan peristiwa politik yang melatari pada saat survei dilakukan. Kebetulan tiga hari sebelum survei ini dimulai, kata dia, ada aksi bela Islam yang meminta Ahok diproses secara hukum terkait dugaan penistaan agama. Satu pekan kemudian Ahok ditetapkan sebagai tersangka.
Ansy mengungkapkan saat survei dilakukan tensi politik tengah pada titik kulminasi sehingga dinilainya sangat wajar apabila elektabiltas Ahok tergerus, sebab opini yang terbangun di masyarakat seolah-olah Ahok sudah salah. Sehingga, kata Ansy melorotnya elektabilitasnya bukan karena kinerja seorang Ahok tetapi lebih karena faktor isu dugaan penistaan agama. Hal ini terkonfirmasi dari kepercayaan Ahok masih tinggi. “Saya kira masyarakat masih wait and see. Apalagi warga Jakarta kan pemilih cerdas,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif dan Riset Poltracking Indonesia, Hanta Yuda mengatakan pada potensi perilaku pemilih sosiologi agama cukup menjadi pertimbangan. Bahkan sebanyak 56.33 persen publik menjadikan latar belakang agama calon Gubernur dan wakil Gubernur DKI Jakarta mempengaruhi pilihannya. “Kalau dari potensi perilaku pemilih rasional sebanyak 85,33 persen, pengalaman seorang calon berpengaruh,” kata Hanta Yuda.
Hasil survei Poltracking Indonesia menunjukkan untuk elektabilitas ketiga pasangan tersebut, Agus-Sylvi meraih angka 27,92 persen. Kemudian disusul Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot mendapatkan 22,00 persen. Sedangkan pasangan nomor urut tiga, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno memperoleh 20,42 persen. Sementara untuk pemilih yang belum menentukan sebesar 29,66 persen.
Baca juga: Timses Anies-Sandiaga Optimistis Masih Berpeluang Menang