Jumat 25 Nov 2016 22:28 WIB

Kesejahteraan Guru Jadi Isu Paling Disorot Media

 Sejumlah guru honorer Jawa Barat membawa poster melakukan unjuk rasa menuntut kesejahteraan di depan Gedung Sate,Kota Bandung, Senin (31/10). (Republika/Mahmud Muhyidin)
Sejumlah guru honorer Jawa Barat membawa poster melakukan unjuk rasa menuntut kesejahteraan di depan Gedung Sate,Kota Bandung, Senin (31/10). (Republika/Mahmud Muhyidin)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kesejahteraan menjadi menjadi isu terbesar guru yang paling banyak diekspose media siber sepanjang 2016. Isu mengenai tunjangan, gaji, serta insentif guru mendominasi sebanyak 26 persen dari seluruh pemberitaan mengenai guru pada tahun ini.  

Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2) Rustika Herlambang mengatakan, tingginya pemberitaan terkait isu kesejahteraan guru di media massa menjadi petanda bagi pemerintah untuk lebih serius memerhatikan kesejahteraan guru.

Indonesia Indicator (I2), sebuah perusahaan di bidang intelijen media, analisis data, dan kajian strategis dengan menggunakan software AI (Artificial Intelligence) mencatat, pemberitaan mengenai guru rata-rata berkisar 10 hingga 18 ribu pemberitaan perbulan, dari 891 media online.

"Sentimen negatif terkait pemberitaan isu guru sepanjang 2016 mencapai 30 persen dimunculkan dari berbagai isu, terutama dihadirkan dari oknum guru, serta masalah terkait kesejahteraan guru," ujar Rustika dalam laporan hasil riset pemberitaan mengenai topik guru yang diterima Republika.co.id, Jumat (25/11), bertepatan dengan hari guru.

Menurut Rustika, Indonesia Indicator juga mencatat 10 figur yang terbanyak disebut media dengan kata kunci “guru”.  Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi sosok terbanyak yang paling banyak disebut terkait dengan guru. Dalam hal ini, papar Rustika, Presiden Jokowi menjadi harapan terakhir para guru untuk memperjuangkan aspirasi dan harapan mereka. "Hal itu juga bersambut positif misalnya dengan silaturahmi Presiden dengan para guru, termasuk menyanggah soal isu tunjangan guru yang akan dihapus," ungkap Rustika.

Selain, Jokowi, nama lain yang masuk sebagai figure terbanyak dibicarakan adalah Muhadjir Effendy, Anies Baswedan – keduanya menteri pendidikan, serta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Nama terakhir ini banyak diberitakan media karena telah menaikkan kesejahteraan guru bantu PNS, dan memuji guru madrasah, dan menganggarkan Rp 17,8 Triliun untuk gaji guru.

Sementara itu, lanjut dia, figur  lain yang paling banyak disebut adalah Gatot Brajamusti dan Dimas Kanjeng. Guru sebagai orang yang mengajar suatu ilmu dan memiliki nakna positif justru menunjukkan perilaku melenceng dari nilai keadaban. Namun demikian, kata Rustika, kedua figur tersebut lebih diposisikan sebagai objek berita (yang dieksploitasi dari sisi negatif) daripada subjek berita (berita positif) di mana pandangannya banyak dikutip dan menjadi rujukan media.

Netizen Peduli Guru

Isu tentang guru juga mendapat perhatian netizen di media sosial. Menurut I2, selama kurun waktu setahun, perbincangan netizen terkait Guru terpantau fluktuatif dengan total cuitan mencapai 289.428 cuitan dari 104.656 akun aktif. "Perbincangan netizen terpecah dalam dua konten utama, di satu sisi netizen aktif melakukan interaksi perbincangan bertendensi positif, dan di sisi lain netizen juga aktif melakukan interaksi perbincangan negatif," ungkap Rustika.

Rustika memaparkan, konten perbincangan positif terkonsentrasi pada isu-isu kegiatan seremonial, terutama terkait Hari Guru yang jatuh pada tanggal 25 November serta Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei. Reaksi cuitan yang memberikan selamat di Hari Guru juga beriringan dengan harapan-harapan peningkatan kesejahteraan guru.

"Dengan porsi yang juga cukup dominan, netizen juga secara aktif memberikan perhatian terhadap isu-isu terkait kesejahteraan guru. Dalam persepsi netizen materi masih diukur sebagai tolak ukur meningkatkan kesehateraan guru baik dalam hal kenaikan honor maupun pemberian insentif dan tunjangan. Selain itu, netizen juga tidak luput memberikan perhatian terhadap isu-isu seputar guru honorer yang tersebar cukup besar di banyak daerah,"tuturnya.

Dalam sisi perbincangan yang lebih substansial terkait fungsi guru,  kata dia, netizen masih pasif memberikan perhatian hingga tidak menghasilkan efek perbincangan luas. Sertifikasi, Distribusi, Inovasi, hingga Kompetensi guru hanya mendapatkan porsi di bawah sepuluh persen. Bahkan beberapa guru inspiratif yang memberikan horizon baru di dunia mengajar seperti digital learning, penggunaan aplikasi dan blog juga pasif mendapat perhatian netizen.

Sementara, pada sisi perbincangan negatif, netizen secara aktif menyoroti berbagai kasus guru sebagai tenaga pendidik yang meghasilkan paradoks dunia pendidikan. Tiga isu teratas yang begitu dominan mendapatkan perhatian netizen, terutama kasus pelecehan seksual yang dilakukan tenaga pengajar di Jakarta International School (JIS).

Selain kasus JIS, papar dia, kasus kriminalisasi guru juga sempat menguat dalam ruang perbincangan netizen. Kasus guru honorere bernama Mashudi yang diseret hingga ke pengadilan karena kasus sepele mencubit murid banyak dikecam netizen. Selain melakukan kecaman, netizen secara bersama-sama menggalang dukungan hukum bagi guru Mashudi untuk mendapatkan keadilan. Kasus ini juga mendorong penguatan beberapa tagar seperti #BebaskanGuruMashudi, #saveguru, dan #dukungguru sebagai respon keberpihakan netizen terhadap Mashudi.

Menurut Rustika, netizen juga secara bersamaan menyoroti kasus korupsi dan pungli yang dilakukan sejumlah oknum guru di beberapa daerah. Di sisi lain dengan persentase sekitar 3 persen dan 2 persen netizen juga memberikan perhatian khusus terkait kasus asusila yang dilakukan oleh oknum guru serta isu bergabungnya seorang guru di Sulsel dalam kelompok ISIS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement