Jumat 25 Nov 2016 19:03 WIB

Mengenal Kerajaan Nusantara Lewat Museum Virtual

Rep: Christyaningsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Museum Brawijaya.
Foto: wisataindonesia.org
Museum Brawijaya.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pusat Studi Peradaban Universitas Brawijaya (UB) menginisiasi Pameran Virtual Museum Brawijaya V pada Jumat (25/11). Melalui event ini, Pusat Studi Peradaban mencoba mengkolaborasikan sejarah dengan dunia digital. Para pengunjung diajak menengok peninggalan sejarah lewat multimedia interaktif.

Dalam pameran ini, pengunjung dapat menyaksikan foto 360° Museum Mpu Tantular dan candi era Majapahit melalui Virtual Reality (VR). Secara istilah virtual museum adalah pameran dari sekumpulan koleksi digital yang diakses melalui media elektronik.

Kepala Pusat Studi Peradaban UB M. Fadli menuturkan, peninggalan sejarah perlu didokumentasi dalam bentuk digital. "Peninggalan sejarah bisa lapuk termakan waktu maka jalan keluar agar tetap bisa dinikmati adalah dengan direkam secara digital," kata Fadli pada Jumat (25/11) di Malang.

Pameran menampilkan publikasi riset virtual Museum Brawijaya, sejarah masa pra-Majapahit, Majapahit, Brawijaya I-IV, Brawijaya V, dan pengaruh Majapahit terhadap Indonesia Kini. Dokumentasi sejarah telah mencatat kontribusi Brawijaya khususnya dan kerajaan Majapahit pada umumnya banyak berjasa dalam membangun bangsa Indonesia.

Akan tetapi sejarah terputus akibat salah satunya karena minimnya minat generasi muda untuk mengenal peninggalan masa lalu. "Dengan menampilkan dalam bentuk virtual diharapkan bidang sejarah tak lagi jadi sesuatu yang kuno dan membosankan," imbuh Fadli.

Upaya mendekatkan sejarah terutama di kalangan generasi muda tidak bisa dilakukan dengan strategi yang konvensional. Namun, memerlukan cara yang kreatif dengan memanfaatkan teknologi modern.

Virtual museum bertujuan agar pengunjung dapat mengeksplorasi setiap benda yang dipamerkan. Budaya dan sejarah tidak lagi menjadi sesuatu yang kuno dan tertinggal melainkan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Museum virtual juga memungkinkan siapapun berinteraksi untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan benda yang dipamerkan. Andi Hartik aalah satu pengunjung yang terkesan dengan pameran ini. Ketika ia mengenakan kacamata VR, ia seolah-olah berada di pelataran Trowulan. "Saya bisa memandang Candi Brahu, Bajang Ratu, Wringin Lawang, dan Candi Tikus seperti berada di lokasi," katanya kagum.

Rizki Febrianto Supriadi selaku Ketua Panitia Museum Virtual ini memaparkan jika proses untuk melakukan digitalisasi sejarah Brawijaya tidak mudah. "Tim PSP UB yang terdiri dari tim teknologi informasi dan tim konten bekerja keras mendatangi lokasi untuk mewujudkan museum ini," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement