REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ratusan anggota organisasi masyarakat (ormas) Persatuan Islam (Persis) Jawa Barat menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Kamis (24/11). Dalam aksinya mereka menyuarakan kecaman atas penindasan yang menimpa Muslim Rohingya di Myanmar.
Perwakilan Persis Jabar, Dadang A Fahmi mengatakan miris melihat Muslim Rohingya ditindas militer Myanmar. Bahkan telah menyebabkan sedikitnya 1.200 rumah dibakar dan 150 dibunuh secara brutal. "Tidak boleh ada di satu negeri pun nyawa melayang, terutama Muslim," kata Dadang saat menyampaikan orasinya.
Oleh karenanya, dalam aksi unjuk rasanya, Dadang mengatakan Persis sebagai saudara sesama Muslim mengutuk keras tindakan genocide atau ethnic cleansing yang dilakukan olen pihak keamanan militer Myanmar terhadap Komunitas Muslim Rohingya di Myanmar Barat.
Dadang juga menyebutkan badan-badan dunia seperti ASEAN, PBB, dan OKI untuk segera mengambil tindakan tegas kepada pemerintah Myanmar. Lewat badan-badan dunia tersebut diharap bisa melindungi Muslim Rohingya. "Sesegera mungkin mengambil sejumlah tindakan untuk melindungi Komunitas Muslim Rohingya dan menegakkan HAM sebagaimana amanat Deklarasi HAM Dunia," ujarnya
Persis juga mendesak kepada negara-negara dan badan-badan dunia untuk menyeret pimpinan militer Myanmar. Serta seluruh pihak yang terlibat dalam tindakan penindasan etnis Muslim di Myanmar tersebut. Aksi kejam ini harus dibahas dalam sidang Mahkamah internasionai di Den Haag, Belanda.
Selain itu, kata Dadang, ia mendorong seluruh umat Islam ada di dunia untuk segera menentukan langkah-langkah strategis mendukung kebebasan Muslim Rohingya. "Dukungan ini tentunya menjadi upaya meningkatkan solidaritas dan soliditas ummat Islam dunia untuk Komunitas Muslim Rohingya," ucapnya.
Dalam aksinya di depan Gedung Sate, pengunjuk rada berharap pemerintah daerah yang dalam hal ini Pemprov Jabar dapat membantu menyalurkan aspirasi ke pemerintah pusat. Sehingga dapat lebih tegas dan sesegera mungkin membantu Muslim Rohingya dari siksaan kejam di negaranya sendiri.