REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Abdul Kadir Karding, mengatakan munculnya aksi demo besar-besaran pada dasarnya dipicu oleh kesenjangan ekonomi di tengah masyarakat yang sudah berlangsung lama. Kata-kata Ahok di Pulau Seribu terkait surah Al Maidah ayat 51 hanya pemantik semata.
“Isu Ahok itu hanyalah sebagai pemantik saja. Isu yang sebenarnya sudah lama muncul adalah kesenjangan ekonomi dan keadilan sosial,” jelas politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu dalam diskusi bertema “Esensi Hari Pahlawan, Satu dalam Kebhinekaan” di Kompleks Parlemen, Rabu (23/11).
Kemudian menurut Karding secara politik pemerintah harus lebih bersikap adil dan berpihak pada masyarakat yang mayoritas ekonominya lemah. Karena sejauh ini kelompok masyarakat yang tidak mendapatkan keadilan ekonomi mudah tersulut emosi hingga akhirnya beraksi.
Meski demikian, Karding menegaskan, isu agama dan persoalan etnis juga merupakan isu sensitif yang tetap harus diwaspadai. Sebagai contoh terjadi negara Azarbaijan yang 99 persen penduduknya beragama Islam cenderung militan ketika agama mereka disinggung. Padahal dalam pelaksanaan ajaran agama Islam mereka tidak sekuat seperti di Indonesia. "Jadi selain harus mengurangi kesejangan ekonomi, pemerintah juga harus lebih bersikap bijak terkait isu agama," tambahnya.
Rencananya Gerakan Nasiona Pengawal Fatwa MUI GNPF MUI akan menggelar Aksi Bela Islam III pada Jumat, 2 Desember 2016. Aksi lanjutan itu bertajuk 'Doa Bersama untuk Negeri' dilakukan dalam upaya mendesak kepolisian untuk menahan tersangka penistaan agama, yaitu calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.