Rabu 23 Nov 2016 17:55 WIB

Pengamat: Aksi Nusantara TNI Timbulkan Kesan Adu Rakyat

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Esthi Maharani
Panglima TNI Jederal TNI Gatot Nurmantyo hadir dalam Seminar Nasional Peningkatan Ketahanan bangsa Untuk Menjaga Keutuhan NKRI di Aula Kampus Unpad, Kota Bandung, Rabu (23/11).
Foto: Republika/Edi Yuusf
Panglima TNI Jederal TNI Gatot Nurmantyo hadir dalam Seminar Nasional Peningkatan Ketahanan bangsa Untuk Menjaga Keutuhan NKRI di Aula Kampus Unpad, Kota Bandung, Rabu (23/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo akan menggelar aksi nusantara bersatu pada 30 November guna menjaga keutuhan NKRI. Namun, aksi massa yang dihimpun oleh TNI ini justru dinilai berbahaya lantaran dapat mengadu domba rakyat.

"Ini para pemimpin harus punya kepala dingin, jangan terprovokasi juga. Jangan menimbulkan kesan ini sedang mengadu rakyat karena berbahaya," kata pengamat politik Yudi Latif saat dihubungi, Rabu (23/11).

Yudi menilai, aksi massa yang digelar TNI ini dapat menambah ketegangan terhadap publik. Karena itu, TNI diharapkan tak perlu menggelar aksi nusantara, terlebih momentum aksi juga dinilai sangat berdekatan dengan aksi massa lainnya.

"Jangan menimbulkan kesan siapa mengalahkan siapa. Jangan menambah ketegangan publik. Kalau bisa tidak usah kontes aksi," tambah Yudi.

Menurut Yudi, aksi yang dilakukan sekelompok masyarakat harus dipandang sebagai hak demokratis masyarakat. Pemerintah, kata dia, seharusnya tak bersikap alergi terhadap aksi masyarakat tersebut. Yang terpenting, lanjut Yudi, negara memastikan aksi massa yang dilakukan berlangsung damai.

"Negara tidak dalam menanggapi aksi. Negara tidak dalam posisi untuk memobilisasi aksi, meskipun mungkin dengan framing untuk damai tapi kesannya mengadu kekuatan. Pokoknya tugas negara tidak dalam posisi menandingi aksi," ungkap Yudi.

Sebelumnya di Bandung, Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan akan menggelar aksi nusantara bersatu pada 30 November untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebab, diduga terdapat keterlibatan pihak asing dalam penyebaran berita provokasi.

"Setelah ditelusuri intelijen, ternyata yang nyebar adalah dari Australia dan dari Amerika. Ternyata bukan dari dalam. Tujuannya tidak lain untuk memecah belah," ujar Gatot di hadapan peserta seminar naisonal yang bertajuk 'Peningkatan Ketahanan Bangsa Untuk Menjaga Keutuhan NKRI' di Aula Graha Sanusi Universitas Padjadjaran, Kota Bandung, Rabu (23/11).

Menurut Gatot, aksi demonstrasi di Indonesia saat ini sering kali berlangsung. Kondisi ini, katanya, dapat mengancam kedaulatan Tanah Air. Karena itu, diperlukan aksi Nusantara Bersatu. Aksi inipun disebutnya telah mendapat dukungan dari para pemuka agama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement