REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Adat Ngarot yang berlangsung di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, menarik perhatian istri Kapolda Jabar Ny Deonisya Ruthy Waskito. Bahkan, untuk mendalami budaya asli masyarakt Lelea ini, Ruthy sejak pagi sudah melihat langsung proses persiapan dan make up para gadis ngarot tersebut, Rabu (23/11).
Rasa penasaran terhadap adat Ngarot ini muncul karena adat itu sudah diakui di Original Rekor Indonesia. Bahakan, adat ini juga telah diakui oleh Kementrian Pariwisata RI serta sudah menjadi agenda rutin tahunan yang bersamaan dengan persiapan musim tanam di desa tersebut.
Selain datang pagi-pagi untuk menangkap momen persiapan peserta, ternyata istri Kapolda Jawa Barat juga rela berpanas-panasan dengan mengikuti kegiatan arak-arakan menuju ke halaman kantor desa tempat diselenggarakannya prosesi adat Ngarot.
“Saya tertarik dengan berbagai budaya yang berkembang di masyarakat. Apalagi adat Ngarot ini sudah jadi agenda tahunan dan telah diakui oleh pemerintah. Bahkan, Pemda Indramayu juga dari informasi yang saya dapat sudah dua kali menggalar festival dengan ikon gadis Ngarot dan sukses menjalankannya,” kata Ruthy.
Bupati Indramayu Hj Anna Sophanah yang ikut serta dalam upacara adat tersebut mengatakan, setiap kali pelaksanaan Ngarot, ribuan orang berbondong-bondong mendatangi Desa Lelea. Selain karena budaya, ternyata Ngarot juga telah menjadi magnet ekonomi bagi warga sekitarnya.
"Ngarot ini merupakan adat sebagai ungkapan syukur kepada Allah atas limpahan rezeki yang telah diberikan terutama kepada para petani. Adat ini dilaksanakan menjelang musim menggarap sawah yang sudah dilakukan turun-temurun,” katanya dalam keterangannya kepada Republika.co.id.
Pada kesempatan itu diserahkan secara simbolis alat perlengkapan untuk menggarap sawah dari istri kapolda, dan bupati Indramayu, kepada para peserta adat Ngarot.