Rabu 23 Nov 2016 12:03 WIB

Panglima Khawatirkan Massa Besar di Aksi 2 Desember

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Indira Rezkisari
Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo mengkhawatirkan jumlah massa yang besar dalam rencana demo 2 Desember mendatang. Jumlah massa yang besar dikatakannya dapat memicu hal yang tidak diinginkan.

"Kapolri mengatakan, demo tertib sih nggak ada masalah, tetapi ingat jumlah massa yang besar, tidak berkepribadian, itu mudah sekali berubah. Benar nggak itu aman," kata Gatot usai memberikan keynote speech dalam seminar nasional bertajuk 'Peningkatan Ketahanan Bangsa Untuk Menjaga Keutuhan NKRI' di Aula Graha Sanusi Universitas Padjadjaran, Kota Bandung, Rabu (23/11).

Menurutnya, aksi unjuk rasa besar-besaran juga dapat merugikan pihak lain. Apalagi jumlah massa yang besar pastinya akan menutup jalan utama yang biasa digunakan masyarakat untuk beraktivitas.  

"Yang dilarang itu adalah shalat di jalan. Sebagai umat beragama ada masjid kemudian bayangkan kalau di jalan raya ada orang yang hamil. Mau melahirkan, kemudian karena tidak bisa lewat, melahirkan di jalan tidak tertolong siapa mau tanggung jawab. Ada yang sakit jantung, ekonomi juga terhambat," tutur Gatot.

Ia menyebutkan masyarakat Indonesia harusnya bersatu menjaga keutuhan NKRI. Bukan hanya memperjuangkan kepentingan kelompok.

Pasalnya, ujar Gatot, Indonesia merupakan negara yang menjunjung Bineka Tunggal Ika. Karenanya harus mengedepankan semangat persatuan.

"Maka aturan bersama harus kita patuhi. Jangan sok-sokan. Pahlawan kita dengan keringat, tenaga, darah dan nyawa (memperjuangkan Indonesia). Jangan merasa ini punya satu kelompok," ucapnya.

Sebelumnya juga Panglima TNI mengkhawatirkan keterlibatan negara asing yang memprovokasi konflik di Indonesia. Ia menuturkan sebuah pemberitaan hoax yang menyebutkan Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq dipukuli anggota Kostrad. Pemberitaan yang dapat menyulut kebencian itu ternyata berasal dari situs judi daring Australia dan laman di Amerika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement