Rabu 23 Nov 2016 10:23 WIB

Ini Kisah Warga Rakhine Bagaimana Rumahnya Dihancurkan Militer Myanmar

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Damanhuri Zuhri
Citra satelit  DigitalGlobe yang dirilis oleh Human Rights Watch 21 November 2016, menunjukan kerusakan bangunan di desa Wa Peik, Maungdaw District, Myanmar dimana etnis Rohingya tinggal.
Foto: DigitalGlobe via AP
Citra satelit DigitalGlobe yang dirilis oleh Human Rights Watch 21 November 2016, menunjukan kerusakan bangunan di desa Wa Peik, Maungdaw District, Myanmar dimana etnis Rohingya tinggal.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Seorang pekerja medis mengatakan, ratusan umat Muslim Rohingya melarikan diri dari Myanmar ke perbatasan Bangladesh. Mereka menghindari kekerasan di Myanmar yang membunuh 86 orang dan membuat 30 ribu warga Rohingya terusir.

Seorang pejabat dari International Organization for Migration (IOM) mengatakan, para saksi melihat sekitar 500 orang suku Rohingya masuk ke bukit-bukit di perbatasan Bangladesh.

Seorang warga di utara Rakhine, Moulavi Aziz Khan (60 tahun) mengatakan, ia meninggalkan Myanmar pekan lalu. "Saya meninggalkan Myanmar setelah militer mengepung rumah saya, kemudian mereka membakar rumah saya," katanya, Selasa, (22/11).

Karena sudah tak punya rumah lagi, ujar Khan, ia dan empat anaknya, serta tiga cucu laki-lakinya langsung melarikan diri dari militer. "Kami lari menuju bukit dan menyeberang ke perbatasan."

Human Rights Watch (HRW) di New York menyatakan, pihaknya melihat 820 rumah dihancurkan di lima desa di utara Rakhine pada tanggal 10, 17, 18 November.

Ini membuktikan jika rumah Moulavi Aziz Khan merupakan salah satu rumah yang dihancurkan oleh militer. Menurut HRW, saat ini jumlah total rumah suku Rohingya yang dihancurkan oleh militer Myanmar sebanyak 1.250 rumah.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement