REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menyebut salah satu topik yang menjadi bahan diskusi dalam pertemuannya dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekaroputri pada Senin (21/11) di Istana Negara, adalah soal Pilkada serentak yang akan digelar pada Februari 2017 mendatang. Presiden menyebut, ia dan Mega membahas pentingnya menjaga iklim kompetisi yang sehat di antara para kandidat.
"Menang atau kalah dalam Pilkada itu sesuatu yang biasa. Yang paling penting antarkandidat harus saling menghormati dan saling menghargai karena kita ini bersaudara," ujarnya, saat memberikan pernyataan pers di teras belakang Istana Merdeka, Jakarta, Senin (21/11).
Bagi Jokowi, suhu politik yang meningkat saat Pilkada merupakan dinamika yang wajar terjadi. Namun begitu, ia mengingatkan agar suhu yang sedang meningkat tersebut tidak dimanfaatkan untuk memecah-belah bangsa. "Yang penting jangan merugikan NKRI, jangan melemahkan Bhineka Tunggal Ika kita, jangan merongrong Pancasila. Prinsipnya itu saja," kata Presiden.
Dalam kesempatan yang sama, Megawati menambahkan, Pilkada adalah peristiwa politik yang selalu berlangsung aman sejak lama. Namun begitu, Mega menyebut saat ini Pilkada justru sengaja dibuat tegang. Ketegangan itu bahkan sampai berujung pada kecemasan di tingkat rakyat bawah.
"Sekarang ini ada sebuah hal, yang menurut saya, justru dibuat sedemikian rupa yang membesarkan satu Pilkada di Jakarta," ucap Mega.
Presiden RI ke-5 itu kemudian merujuk pada aksi massa 4 November lalu. Menurut Mega, dari aksi tersebut terlihat nyata bahwa banyak demonstran yang berpartisipasi tetapi sebetulnya tak paham dengan duduk persoalan yang mereka protes. Oleh karenanya, ia mengimbau semua pihak untuk tak ikut memanas-manasi rakyat kecil. Mega berharap suasana yang sejuk dapat tercipta selama tahapan Pilkada serentak 2017.