Jumat 18 Nov 2016 17:35 WIB

Anies Baswedan Akui Pernah Dituduh Syiah, JIL Hingga Komunis

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bilal Ramadhan
Calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat berkunjung ke kantor Republika, Jakarta, Kamis (17/11).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat berkunjung ke kantor Republika, Jakarta, Kamis (17/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon gubernur DKI Jakarta nomor urut 3, Anies Baswedan, pernah beberapa kali merasakan fitnah terkait dirinya. Mulai dari tudingan masuk kelompok syiah, wahabi, hingga komunis.

Tuduhan bahwa Anies masuk kelompok Syiah bermula pada 2014 ketika masih menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Saat itu, Anies bersedia bekerja sama dengan pemerintahan Iran dalam pengembangan pendidikan dan kebudayaan.

Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mahmoud Farazandeh, berkeinginan bekerjasama di bidang kebudayaan dengan Kemendikbud. Kala itu, Anies pun sempat berfoto dengan Farazandeh. Foto itu menyebar di media sosial dan menyulut kabar bahwa Anies termasuk kelompok syiah.

Fitnah lain yang juga berawal dari sebuah foto yakni Anies masuk kelompok Wahabi. Saat itu Anies dan Sandi sedang melakukan silaturahmi dan berfoto bersama beberapa ulama Indonesia diantaranya Didin Hafidhuddin, Bachtiar Nasir, Muhammad Zaitun Rasmin, Muhammad alKhaththah, dan Farid Okbah.

Foto tersebut tersebar di media sosial dengan dilengkapi tuduhan bahwa Anies kini berteman dengan klub propagandis khilafah wahabi yang anti-kebinekaan dan mendukung terorisme.

Anies pun menanggapi santai tuduhan-tuduhan tersebut. Menurut dia, sebuah foto tidak bisa dijadikan dasar bahwa seseorang terafiliasi dengan kelompok tertentu atau tidak.

"Padahal foto saya kan banyak, bersama orang-orang. Saya tidak ke mana-mana, saya di tengah saja," ujarnya saat berkunjung ke Republika.co.id, Kamis (18/11) malam.

Tak hanya syiah dan wahabi, Anies juga pernah dituduh bergabung dengan kelompok Jaringan Islam Liberal (JIL). Ini berawal ketika Anies dipercaya menjadi Rektor Universitas Paramadina. Pasalnya, saat berdiri, jabatan rektor kampus tersebut dipegang oleh Nurcholish Madjid (Cak Nur) yang dikenal dengan gagasan tentang sekularisasi dan pluralisme yang menimbulkan kontroversi.

Cak Nur pun sempat 'dicap' sebagai tokoh liberal. Dengan meneruskan tongkat estafet 'jabatan' Cak Nur, Anies pun tak luput dari tuduhan sebagai tokoh JIL. Anies juga pernah dituduh sebagai antek komunis. Bahkan sekelompok organisasi massa (massa) pernah mendemonya, menuntut agar Anies dicopot dari jabatan Mendikbud.

Tahun lalu, Kemendikbud mendapat undangan kehormatan di acara Frankfurt Book Fair pada 14 hingga 18 Oktober 2015. Dalam acara tersebut Komite Nasional Pelaksana telah menyiapkan presentasi sastra dua novel berjudul Amba karya Laksmi Pamuntjak dan Pulang karya Laila S Chudori.

Novel tersebut mengangkat tema seputar pergantian dan pembasmian Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1965 yang diceritakan oleh keluarga dari anggota PKI. Selain itu, Anies pun pernah mengkritik tindakan aparat yang menyita buku-buku bertema komunisme. Bagi sebagian kalangan, sikap Anies tersebut diterjemahkan sebagai 'antek komunis'.

Pria bernama lengkap Anies Rasyid Baswedan ini menyebut masih banyak lagi fitnah-fitnah yang dialamatkan padanya. "Banyak itu, ada delapan meme fitnah soal saya," kata dia.

Lihat juga video Anies Baswedan bersilaturahim ke kantor Republika

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement