Kamis 17 Nov 2016 18:36 WIB

Guru Sekolah Tenda Bambu ini Hanya Lulusan SD

Rep: Santi Sopia/ Red: Andi Nur Aminah
Siti Afifah (17) guru Kelas Jauh di nak-anak di Kelas Jauh SDN Sirna Asih, Kampung Cisarua, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor.
Siti Afifah (17) guru Kelas Jauh di nak-anak di Kelas Jauh SDN Sirna Asih, Kampung Cisarua, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, Namanya Siti Afifah, biasa disapa Teh Ifa. Umurnya baru 17 tahun. Di luar dugaan, meski masih bertatus remaja, namun Teh Ifa sudah enam tahun mengajar anak anak di Kelas Jauh, SDN Sirna Asih, Kampung Cisarua, Desa Banyuresmi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor.

Ifa berbeda dengan remaja pada umumnya. Jika remaja lain asyik menikmati dunia remaja, dan menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi, Ifa harus puas hanya berbekal ijazah Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau setara dengan Sekolah Dasar.

Sudah enam tahun dia bergelut mengajar di SD yang ruang kelasnya di bawah tenda bambu. Mungkin karena hanya tamatan MI, Ifa diserahi tanggungjawab mengajar kelas 2 SD. Dari 4 guru di luar Kepala Sekolah, dia termasuk guru pertama di sekolah ini. Soal honor, dia enggan menyebut. Alasannya, kadang ada kadang tidak.

Namun bukan itu yang utama. Semangat pengabdian Ifa yang ingin melihat anak-anak di desanya bisa menikmati pendidikan, minimal bisa baca tulis, itulah yang patut diacungi jempol. Melihat penampilan Ifah, dia memang masih layaknya remaja.

Yang membedakan, Ifa terlihat agak formil karena mengenakan seragam batik sekolah. Usianya kini 17 tahun. Namun Ifa sudah membantu mengajar anak-anak sejak usia 11 tahun, tepatnya saat itu ketika ia masih berstatus kelas 5 di Madrasah.  "Saat itu, saya biasa tidak masuk sekolah karena di sini perlu bantuan. Karena guru susah datang mengajar di kampung ini," katanya.

Kampung Cisarua, yang terletak di Desa Banyuresmi ini memang sulit dijangkau. Perjalanan dari kampung terdekat yakni Kaungluwuk hanya bisa dilewati dengan kendaraan sepeda motor. Itu pun bila tidak turun hujan. Medannya sangat berat, karena harus melewati jalanan yang rusak parah, yang terdiri atas bongkahan batu-batu. Sebagian jalannya juga hanya jalan setapak di sepanjang pinggiran kebun dan halaman rumah warga.

Di sinilah, Ifa lahir dan dibesarkan. Dibanding anak-anak seusianya yang tidak sempat mengenyam pendidikan, dia masih beruntung bisa sekolah di Madrasah Nurul Huda, yang terletak  di kampung terdekat. Saat bersekolah dulu, Ifa harus berjalan kaki sekitar empat kilometer, dengan jarak tempuh sekitar dua jam. Kini, Ifa menjadi harapan warga kampung untuk mengajari anak-anak kampungnya membaca dan berhitung.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement