Kamis 17 Nov 2016 12:27 WIB

Pengamat: Impor Cangkul Jadikan Pertanian Makin Miris

Pedagang menata sejumlah kepala cangkul impor asal Tiongkok yang dijual di salah satu toko pertanian di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (1/11).
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Pedagang menata sejumlah kepala cangkul impor asal Tiongkok yang dijual di salah satu toko pertanian di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (1/11).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kebijakan pemerintah mengimpor mata cangkul puluhan ribu unit dari Tiongkok, menjadikan pembangunan pertanian di Indonesia semakin miris. Padahal, para petani Indonesia sejak awal selalu bersenjatakan cangkul untuk pergi ke lahan pertanian di sawah maupun kebun

Pengamat masalah pertanian Gede Sedana mengatakan, pembangunan pertanian di Indonesia berorientasi pada agribisnis, integrasi antara industri hulu dengan pertanian, serta industri hilir menjadi sesuatu yang mutlak. Dengan demikian, kegiatan pertanian pada level produksi, para petani sangat membutuhkan produk atau barang yang dihasilkan oleh industri hulu, seperti agro input sebagai sarana produksi dan alat serta mesin-mesin pertanian. "Termasuk cangkul," kata Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendera Denpasar ini, Kamis (17/11).

Menurut Gede, ketersediaan sarana produksi seperti pupuk, pestisida dan sarana pendukung lainnya harus tersedia secara lokal dan sangat mudah untuk diakses. Pasalnya, sarana seperti itu diperoleh oleh petani untuk mendukung kegiatan produksinya.

Oleh sebab itu, alat-alat pertanian seperti cangkul yang harus dapat disediakan oleh industri penghasil cangkul. "Patut dipertanyakan ke mana para produsen atau pengusaha cangkul tersebut," ucap Gede.

Dia mengingatkan, dari aspek konsumen potensi kebutuhan mata cangkul sangat besar bagi petani di Indonesia. Bahkan, pelaku produsen cangkul yang dulu dikelola melalui industri rumah tangga (tukang pande) dapat menghasilkan mata cangkul yang kualitasnya bagus.

Untuk itu, kata dia, pemerintah sebagai regulator hendaknya memikirkannya adanya dukungan untuk membangun industri pembuat mata cangkul, sehingga mereka dapat memproduksi secara efisien. Menurut Gede, dalam konteks pertanian, pembangunan industri hulu merupakan subsistem dari sistem agribisnis yang menyediakan kebutuhan proses produksi produksi.

"Ketersediaan agroindustri hulu sangat dibutuhkan untuk menjamin para petani (sektor pertanian) untuk memperoleh peningkatan produktivitas melalui kegiatan produksi," katanya.

Menurut dia, keberadaan industri yang menghasilkan mata cangkul berskala kecil, menengah, dan besar memiliki fungsi yang sama dengan agroindustri lainnya seperti industri yang menghasilkan pupuk dan pestisida yang menjadi bagian dari subsistem penyediaan sarana produksi, alat dan mesin pertanian.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement