REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nasir mengajak agar seluruh komponen masyarakat yang berbeda pendapat dalam kasus Ahok mampu membentuk budaya menerima perbedaan pendapat. Hal ini penting dilakukan untuk menjaga kesatuan bangsa.
"Bagi Buya dan semua orang yang berbeda pendapat kita harus membentuk budaya untuk mampu menerima perbedaan pendapat," ungkap Haedar Nasir saat ditemui di Kantor Pusat PP Muhammadiyah Jalan Cik Ditiro Yogyakarta, Rabu (16/11).
Pasalnya, menurut Haedar, semua orang tidak bisa membuat kebenaran absolut. Oleh karena itu tidak baik bagi siapapun untuk memaksakan kehendaknya pada orang lain. ''Kita justeru harus saling menghormati semua pendapat yang ada di tengah-tengah bangsa ini,'' jelasnya.
Di sisi lain, Haedar meminta agar semua pihak tidak mengaitkan upaya hukum terhadap kasus penistaan agama dengan perpecahan kebinekaan di Indonesia. Ia menilai, usaha membela agama sebagai upaya untuk memperkuat kebinekaan.
"Orang yang membela agamanya justeru akan memperkuat kebinekaan NKRI. Kita harus melihat ini sebagai ikhtiar memperkuat persatuan," kata Haedar. Sebab melalui momen ini, setiap orang dapat belajar bahwa menghargai keyakinan adalah hal yang penting.
Ia berharap, melalui kasus Ahok, masyarakat Indonesia dapat semakin dewasa dan mengambil hikmah untuk saling menghormati. Di mana orang-orang yang berbeda keyakinan tidak boleh melakukan tindakan atau perkataan yang berpotensi melukai hati penganut agama lain.